Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X yang melaksanakan tradisi nyebar udhik-udhik tersebut. Sultan HB X yang mengenakan pakaian adat dikawal para pangeran dan prajurit keraton, menyebar uang logam, Kamis (30/11/2017) malam.
Ribuan warga memenuhi halaman masjid Foto: Edzan Raharjo/detikcom |
Tradisi nyebar udhik-udhik berupa pecahan uang logam itu dilakukan di Pagongan Lor dan Pagongan Kidul masjib, tempat dua gamelan pusaka Kanjeng Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Naga Wilaga dibunyikan selama 7 hari terakhir ini.
Udhik-udhik yang berupa uang logam bercampur beras kuning dan kembang ini sebagai simbol sedekah raja kepada rakyat. Ribuan warga yang sudah menunggu sejak sore berdesakan berebut untuk mendapatkannya. Uang yang disebar terdiri dari pecahan Rp 500 dan Rp 1000.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Angsal setunggal, seribu. Mau saya simpen, biar tentram, gak boleh untuk beli, hanya disimpan," kata Margi (40) warga yang datang dari lereng Merbabu, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah tersebut.
Sama halnya dengan Mbah Mar (65) warga Semarang lainnya yang datang sejak siang hari. Dia beruntung bisa mendapatkan uang recehan Rp 1000. Ia pun meyakini uang yang didapatkan dari raja tersebut akan membuatnya rasa tentram.
"Angsal sewu, setunggal mawon, seneng. Saged angsal, rebutan ngeten je (dapat seribu, satu keping, senang bisa dapat meski harus berebut)," kata dia.
Udhik-udhik Foto: Edzan Raharjo/detikcom |
Berbeda halnya dengan Rejo (65) warga Temanggung, Jawa Tengah yang tidak dapat satu keping pun meski sudah ikut berebut. Tetapi tahun lalu dia sudah pernah mendapatkanya. Uang itu ia simpan di almari sampai sekarang.
Begitu juga dengan Tukirin (49) yang datang dari Semarang, juga tidak mendapatkan uang logam pemberian raja. Ia mengaku kecewa. Selain ikut berebut uang logam, warga yang berasal dari luar DIY ini menginap di sekitar masjid. Mereka akan mengikuti prosesi gerebeg mulud tahun Dal.
"Nginep disini, besok masih ada gerebeg. Setelah ikut rebutan baru pulang," kata Tukirin.
Usai menyebar udhik-udhik, Sultan HB X kemudian masuk ke masjid untuk pengajian Maulid Nabi SAW. Setelah itu baru kemudian dilaksanakan ritual Kundur Gangsa. (bgs/bgs)












































Ribuan warga memenuhi halaman masjid Foto: Edzan Raharjo/detikcom
Udhik-udhik Foto: Edzan Raharjo/detikcom