Beberapa warga pengungsi yang ditemui detikcom bercerita mulai dari harapan hingga keluhan kepada pemerintah.
"Saya berharap ada perbaikan talud secepatnya. Karena perbaikan rumah saya tidak bisa dilakukan sebelum ada perbaikan talud," kata Yamini (48), Kamis (30/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Waktu kejadian, Yamini, suami dan seorang anaknya berhasil menyelamatkan diri.
"Sejak kejadian hingga sekarang, ngungsi. Kasihan anak saya kelas 6 SD sekarang baru ujian semester, terganggu waktu belajarnya," ungkapnya.
Seorang pengungsi lainnya, Jatu Dwi mengeluhkan fasilitas pengungsian yang kurang lengkap, terutama perlengkapan tidur. Ia yang mengungsi bersama 9 anggota keluarganya terpaksa membawa bantal dan selimut dari rumah.
"Alas tidur saja juga harus bawa dari rumah, ini saya punya anak kecil kasihan, kalau malam juga hujan dipaksa tidur di tenda. Di sini hanya disediakan bahan makanan saja," keluhnya.
Senada disampaikan Wasini, pengungsi lainnya. Ia yang memiliki balita berharap pemerintah secepatnya melakukan perbaikan talud.
"Biar bisa kembali ke rumah. Di pengungsian tak betah kasihan bayinya. Kita sekarang dilarang balik rumah, harus tinggal di pengungsian," ujarnya.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X telah meninjau lokasi talud longsor dan posko pengungsian Juminahan. Sultan meminta instansi terkait segera melakukan penanganan kedaruratan. Terutama perbaikan talud yang sewaktu-waktu berpotensi longsor susulan. (sip/sip)