Sekaten merupakan peringatan hari lahir atau Maulud Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal atau bulan Mulud dalam kalender Jawa. Sekaten dimulai tujuh hari sebelumnya.
Pagi ini sekitar pukul 09.00 WIB, dua gamelan diboyong dari Keraton Kasunanan Surakarta menuju Masjid Agung Surakarta. Tiba di masjid, gamelan masing-masing ditata di bangsal sisi utara dan selatan masjid.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Upacara Ungeling Gangsa akan dimulai usai salat Jumat. Biasanya masyarakat berduyun-duyun mendatangi masjid untuk mengikuti tradisi yang ada.
Berikut fakta-fakta menarik dalam tradisi ungeling gangsa.
Gending Khusus
Penabuh gamelan atau niyaga hanya memainkan gending khusus secara berulang-ulang. Kiai Guntur Madu memainkan gending Rambu. Sedangkan Kiai Guntur Sari memainkan gending Rangkung.
Gamelan Berbunyi 7 Hari
Gamelan akan dibunyikan selama tujuh hari berturut-turut pada siang dan malam hari. Gamelan dimainkan terus-menerus secara bergantian antara Kiai Guntur Madu dan Kiai Guntur Sari. Gamelan berhenti dibunyikan pada waktu salat.
"Gamelan dibunyikan sampai 30 November 2017. Pagi harinya (1 Desember), kedua gamelan dikembalikan ke Keraton. Lalu pada saat gunungan keluar, satu gamelan ikut mengiringi dengan gending carabalen," kata Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta, KGPH Dipokusumo, Rabu (21/11) lalu.
Tradisi Nginang
Saat gamelan dibunyikan, masyarakat seperti diberi kode untuk melakukan tradisi nginang atau mengunyah kinang. Kinang terdiri dari lima unsur, yaitu daun sirih, injet, gambir, tembakau dan bunga kantil.
"Nginang dipercaya agar mendapatkan rahmat Tuhan agar panjang umur, semoga tahun depan bisa datang lagi ke sekaten," ujar Dipo.
Mainan Khas Sekaten
Selama gelaran sekaten, pedagang mainan khas selalu berjualan di kompleks Masjid Agung Surakarta. Mainan tersebut antara lain gasing bambu dan pecut.
"Pecut biasanya sebagai alat angon (beternak) hewan. Maknanya, pecut memberi dorongan, penggerak semangat," ungkapnya.
![]() |
Telur Asin
Selain kinang dan mainan khas sekaten, pedagang telur asin juga ikut meramaikan suasana di Masjid Agung Surakarta. Telur asin pun memiliki makna tersendiri.
"Telur asin dalam bahasa Jawa itu endhog kamal. Jadi manusia itu yang penting amalnya," ungkap dia. (sip/sip)