"Tahu-tahu mereka datang, bawa senjata wajahnya dicorengi. Mereka bilang kontrol saja gitu, tapi dengan kasar mereka bawa kapak sama parang. Saya hampir kena perut, berkali-kali beruntung bisa menghindar," tutur salah seorang korban, Ngarjani (53) kepada wartawan saat ditemui di rumahnya, RT 1 RW 1 Desa Pohlandak Kecamatan Pancur Kamis (23/11/17).
Ngarjani mengatakan saat itu KKB datang pada malam hari saat para penambang emas asal Jawa sedang beristirahat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka kemana-mana bawa pistol atau panah. Saya pernah sempat akan kena busur, tapi beruntungnya bisa menghindar. Waktu itu saya langsung kembali," ceritanya.
Dia mengaku penyanderaan dilakukan oleh KKB selama sekitar sebulan. Mereka disandera di sebuah kampung bernama Keleby yang berisi ribuan warga KKB yang bersenjata lengkap. Selama itu korban juga diminta untuk mencari makan untuk para anggota KKB.
"Ya makannya cari sendiri. Justru kita yang cariin makan buat mereka. Mau gimana lagi, kita mau kabur juga gak bisa. Sekeliling kampung sudah hutan, kalaupun bisa lolos dari mereka, kita tetap akan mati di tengah hutan," imbuhnya.
Kampung Keleby, kata Ngarjani adalah sebuah kampung yang hingga saat ini masih belum diakui. Penghuninya berjumlah ribuan orang yang hampir semua bersenjata dan berasal dari kampung tetangga.
"Kalau sudah begini ya trauma mau balik ke sana. Toh sudah tua gini, cari lerja di sini saja. Belum ada pandangan mau ke sana lagi," akunya. (sip/sip)











































