"Kita pasang early warning system (EWS) berupa kamera CCTV agar secara visual bisa memantau peningkatan aliran air sungai," Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Sleman Heru Saptono, ketika dihubungi detikcom, Selasa (21/11).
Heru menjelaskan, beberapa kamera CCTV dipasang di hampir seluruh sungai yang melintasi wilayah Sleman. Di antaranya di Kemiri, Pulo Watu, Kali Kuning, Gendol, Jambon, dan Jaranan. Dalam waktu dekat ini BPBD juga berencana memasang dua CCTV lagi di dua lokasi yang berbeda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
CCTV yang terpasang itu dipantau secara langsung dari posko BPBD dan Pusdalop Sleman.
"Pantauan secara realtime, petugas juga bisa memberi pesan suara langsung dari posko, di CCTV ada semacam pengeras suara yang bisa berbunyi sirine dan suara petugas operator," jelasnya.
Di awal musim hujan tahun ini, berdasar pantauan BPBD kondisi sungai di Sleman masih tergolong normal. Namun demikian, BPBD telah memetakan daerah yang berpotensi banjir di antaranya di bantaran Kali Gajahwong, Winongo, Belik, Buntung, dan sungai-sungai yang berhulu di lereng Merapi.
"Tahun lalu ada eskalasi kenaikan, kita waspadai kerawanannya," ujarnya.
Selain kewaspadaan terhadap peningkatan debit air sungai, pemantauan juga sebagai upaya penanganan sejak dini jika sewaktu-waktu ada material sisa erupsi Merapi tahun 2010 yang terbawa derasnya aliran sungai.
Heru melanjutkan khusus wilayah Prambanan juga menjadi perhatian tersendiri karena hampir seluruh desa di wilayah itu berpotensi longsor. Selain kawasannya mayoritas perbukitan, juga struktur tanahnya yang gembur sehingga rawan longsor.
Dari sisi kesiapan petugas, BPBD menyiagakan 30 petugas, Tim Reaksi Cepat sekitar 30 petugas, dan 50 kelompok relawan yang jumlah anggota sekitar 1987 personel. (sip/sip)