Monumen Bibis, Bekas Markas Letkol Soeharto, Kini Tak Terawat

Monumen Bibis, Bekas Markas Letkol Soeharto, Kini Tak Terawat

Usman Hadi - detikNews
Kamis, 09 Nov 2017 10:37 WIB
Foto: Usman Hadi/detikcom
Bantul - Di Dusun Bibis, Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Bantul, terdapat monumen sejarah yang tak terawat. Padahal monumen ini menyimpan pesan sejarah penting perjalanan bangsa ini. Karena di tempat inilah Letkol Soeharto merencanakan Serangan Umum 1 Maret 1949.

Monumen bersejarah ini bernama Monumen Bibis berada di Dusun Bibis Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Rumah milik hardjowiyadi yang saat itu menjabat kepala dukuh Bibis dijadikan markas Wehrkreise III dengan komandan Letkol Soeharto.
Prasasti di Monumen BibisPrasasti di Monumen Bibis Foto: Usman Hadi/detikcom

Bangunan monumen ini terdiri dari tiga bangunan utama, yakni rumah berbentuk limasan yang dilengkapi joglo di bagian belakangnya, sebuah pendapa, dan sebuah ruang pamer koleksi. Ketiga bangunan ini dikelilingi pagar dan gapura.

Di pendapa Monumen Bibis juga dilengkapi diorama, yang di dalamnya terdapat beberapa patung seperti patung Soeharto. Namun sayang, kini kondisi patung yang ada di diorama banyak yang rusak, bahkan ada beberapa bagian patung yang hilang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara di ruang pamer tampak sebuah relief yang menggambarkan konfrontasi antara pihak republik dengan militer Belanda di masa perang kemerdekaan. Selanjutnya di sebuah ruangan juga di ruang pamer tampak meja kayu, piring dari aluminium, peta wilayah DIY dan sebuah sepeda.

Tetapi seperti kondisi pendapa dan diorama, kondisi bangunan ruang pamer dan benda yang ada di dalamnya tidak terawat. Bahkan plafon atau atap ruangan ini banyak yang jebol, benda-benda yang dikoleksi berdebu dan beberapa bagian lantai yang berbahan dasar keramik retak.
Pendapa Monumen BibisPendapa Monumen Bibis Foto: Usman Hadi/detikcom

Selanjutnya monumen ini juga dilengkapi tiga buah prasasti. Satu prasasti dari Yayasan Monumen Yogya Kembali. Satu prasasti lainnya menjelaskan rencana serangan umum 1 Maret 1949, dan satu prasasti yang bercerita peran Soeharto dan rakyat Bibis yang bahu membahu mengusir penjajah.

Namun seperti bangunan lainnya, ketiga prasasti ini juga tampak tak terawat. Terkait kerusakan ini pihak pengelola Monumen Bibis mengaku tak bisa berbuat banyak, alasannya karena tidak ada kucuran dana sepeserpun dari pemerintah untuk dana perawatan monumen ini.

"Tidak ada jatah (anggaran perawatan) dari pemerintah," ujar pengelola Monumen Bibis, Sumirah (66), saat ditemui detikcom di kediamannya, di Dusun Kasihan, Bantul.

Sumirah bercerita, sejak pendapa dan ruang pamer dibangun sekitar tahun 1979, belum pernah sekalipun pihak pengelola mendapat suntikan dana dari pemerintah. Padahal, kata Sumirah, monumen ini adalah tanggung jawab Pemda DIY.

"Dulu kan (Monumen Bibis) rumah Bapak Saya, Harjowiyadi, yang ketika masa kemerdekaan menjabat sebagai Dukuh Bibis. Terus awal tahun 1949 rumah bapak saya dijadikan markas Pak Harto beserta prajuritnya, yang bersama-sama rakyat Bibis melawan Belanda," katanya.

Karena dianggap memiliki nilai sejarah, kediaman Harjowiyadi akhirnya dijadikan monumen sekitar tahun 1980-an. Menurut Sumirah, saat itu Soeharto masih menjabat sebagai Presiden RI. Saat itu Monumen Bibis masih diurusi langsung oleh keluarga Soeharto yang ada di Yogya.

"Nah, waktu Pak Harto meninggal tidak ada yang mengurus (Monumen Bibis). Di tambah di tahun 2006 lalu Yogya dilanda gempa, akhirnya banyak beberapa bagian bangunan rusak yang sekarang tak terawat," ungkapnya.

Karena kondisinya yang tak terawat, kata Sumirah, tidak pernah ada wisatawan yang berkunjung ke monumen ini. Menurutnya, dulu pas awal didirikan monumen ini ramai dikunjungi terutama pelajar. Namun setelah dibangun Monjali Yogya akhirnya Monumen Bibis menjadi sepi.

"Harapan saya Monumen Bibis diperbaiki agar bisa menjadi obyek wisata, sehingga warga Bibis yang ikut berjuang merasa diperhatikan nasibnya," pungkas dia. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads