Monumen bersejarah ini bernama Monumen Bibis berada di Dusun Bibis Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Rumah milik hardjowiyadi yang saat itu menjabat kepala dukuh Bibis dijadikan markas Wehrkreise III dengan komandan Letkol Soeharto.
![]() |
Bangunan monumen ini terdiri dari tiga bangunan utama, yakni rumah berbentuk limasan yang dilengkapi joglo di bagian belakangnya, sebuah pendapa, dan sebuah ruang pamer koleksi. Ketiga bangunan ini dikelilingi pagar dan gapura.
Di pendapa Monumen Bibis juga dilengkapi diorama, yang di dalamnya terdapat beberapa patung seperti patung Soeharto. Namun sayang, kini kondisi patung yang ada di diorama banyak yang rusak, bahkan ada beberapa bagian patung yang hilang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tetapi seperti kondisi pendapa dan diorama, kondisi bangunan ruang pamer dan benda yang ada di dalamnya tidak terawat. Bahkan plafon atau atap ruangan ini banyak yang jebol, benda-benda yang dikoleksi berdebu dan beberapa bagian lantai yang berbahan dasar keramik retak.
![]() |
Selanjutnya monumen ini juga dilengkapi tiga buah prasasti. Satu prasasti dari Yayasan Monumen Yogya Kembali. Satu prasasti lainnya menjelaskan rencana serangan umum 1 Maret 1949, dan satu prasasti yang bercerita peran Soeharto dan rakyat Bibis yang bahu membahu mengusir penjajah.
Namun seperti bangunan lainnya, ketiga prasasti ini juga tampak tak terawat. Terkait kerusakan ini pihak pengelola Monumen Bibis mengaku tak bisa berbuat banyak, alasannya karena tidak ada kucuran dana sepeserpun dari pemerintah untuk dana perawatan monumen ini.
"Tidak ada jatah (anggaran perawatan) dari pemerintah," ujar pengelola Monumen Bibis, Sumirah (66), saat ditemui detikcom di kediamannya, di Dusun Kasihan, Bantul.
Sumirah bercerita, sejak pendapa dan ruang pamer dibangun sekitar tahun 1979, belum pernah sekalipun pihak pengelola mendapat suntikan dana dari pemerintah. Padahal, kata Sumirah, monumen ini adalah tanggung jawab Pemda DIY.
"Dulu kan (Monumen Bibis) rumah Bapak Saya, Harjowiyadi, yang ketika masa kemerdekaan menjabat sebagai Dukuh Bibis. Terus awal tahun 1949 rumah bapak saya dijadikan markas Pak Harto beserta prajuritnya, yang bersama-sama rakyat Bibis melawan Belanda," katanya.
Karena dianggap memiliki nilai sejarah, kediaman Harjowiyadi akhirnya dijadikan monumen sekitar tahun 1980-an. Menurut Sumirah, saat itu Soeharto masih menjabat sebagai Presiden RI. Saat itu Monumen Bibis masih diurusi langsung oleh keluarga Soeharto yang ada di Yogya.
"Nah, waktu Pak Harto meninggal tidak ada yang mengurus (Monumen Bibis). Di tambah di tahun 2006 lalu Yogya dilanda gempa, akhirnya banyak beberapa bagian bangunan rusak yang sekarang tak terawat," ungkapnya.
Karena kondisinya yang tak terawat, kata Sumirah, tidak pernah ada wisatawan yang berkunjung ke monumen ini. Menurutnya, dulu pas awal didirikan monumen ini ramai dikunjungi terutama pelajar. Namun setelah dibangun Monjali Yogya akhirnya Monumen Bibis menjadi sepi.
"Harapan saya Monumen Bibis diperbaiki agar bisa menjadi obyek wisata, sehingga warga Bibis yang ikut berjuang merasa diperhatikan nasibnya," pungkas dia. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini