Berbagai alat peraga edukasi yang dibuat antara lain puzzle, balok, bongkar pasang, kereta, hewan-hewanan maupun lainnya. Alat peraga edukasi yang dihasilkan untuk bermain siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) maupun TK. Berbagai karyanya saat ini beredar hingga hampir di seluruh penjuru nusantara.
![]() |
Setiap harinya, dia dibantu tiga pekerja untuk membuat alat peraga edukasi ini. Berbagai alat untuk membuat alat peraga, Wiwid telah memilikinya seperti alat mesin potong, gergaji mesin, kompresor dan lainnya. Dengan alat-alat itu, pekerjaan semakin mudah, cepat dan hasilnya lebih bagus.
Wiwid menututkan pembuatan alat peraga edukasi tersebut dilakuan secara mandiri mulai tahun 2006. Sebelumnya, dia pada tahun 2002 hingga 2006, bekerja di Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda (BPPLSP) atau sekarang P2NFI (Pusat pengembanan pendidikan nonformal dan formal) Ungaran, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
"Karena dulu bekerja di situ yang membuat alat peraga, saya jadi bisa mengetahui cara membuatnya. Kemudian pada tahun 2006, saya memutuskan untuk membuat sendiri dengan peralatan yang ada," kata Ngabdi Siswanto yang dibiasa dipanggil Wiwid saat ditemui di rumahnya.
Menurutnya alat peraga tersebut aman untuk bermain. dalam pembuatan tidak menggunakan paku namun menggunakan lem. "Kemudian bentuknya tidak runcing dan cat yang kami gunakan tidak beracun," tutur Wiwid.
![]() |
Untuk penjualan, kata dia, dulunya masih menggunakan cara konvensional menawarkan dari satu orang ke orang lainnya maupun mengandalkan relasi. Namun kemudian, sejak tahun 2014, ia menggunakan media sosial terutama facebook dan whatsapp. Seiring dengan menggunakan media sosial, pesanan pun datang dari seluruh penjuru nusantara.
"Kami pernah kirim ke Aceh, Medan, Kalimantan, Palembang, Jambi, Padang, Jakarta, Surabaya dan kota lainnya. Kalau jumlah pesanan banyak, kami kirim pakai armada truk sendiri. Pokoknya tergantung pemesanan saja," katanya.
Ia menyebutkan, untuk harga jual alat peraga hasil karya pun beragam dari yang murah seharga Rp 10.000 hingga Rp 1 juta. Sedangkan untuk bahan baku pembuatan dari kayu jati Belanda atau pinus dibeli dari salah satu pabrik di Magelang.
"Sekali beli bahan minimal satu kubik. Untuk satu kubik kalau dibuat model balok bisa sekitar 50-60 set. Yang paling sering dikirimkan ke Surabaya dan Palembang," tutur dia.
(bgs/bgs)