Berbagai hal yang bisa dilakukan agar flora dan fauna di Indonesia itu tetap lestari dan terjaga. Bagi seorang Rumadi Anton Nugroho kecintaan pada dunia satwa tidak luntur meski beberapa kali diserang saat melakukan pengobatan.
Dokter hewan satu-satunya di Taman Rekreasi Margasatwa Serulingmas (TRMS) Banjarnegara ini mengaku sempat kena cakar di berbagai anggota badan dan hingga saat ini lukanya masih membekas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anton panggilan akrab pria 41 tahun ini menceritakan suka-dukanya merawat satwa yang berjumlah 154 ekor dengan 40 spesies. Menurutnya, menjadi dokter hewan tidak hanya sekadar menguasai materi pengobatan, namun juga harus sabar dan telaten. Sebab, jika lumrahnya manusia mampu menyampaikan keluhannya, hal tersebut tidak berlaku pada satwa.
"Selain memang harus berani, saat merawat satwa juga harus menggunakan perasaan jadi ada ikatan emosianal dengan setiap satwa," kata dokter hewan lulusan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM 2001 lalu.
Dengan ikatan emosional yang tinggi dengan satwa, Anton mengaku sering terbayang ratusan hewan yang ia rawat saat berada di luar daerah. Apalagi, jika ada satwa yang tengah menderita penyakit tertentu.
"Biasanya saat sudah pulang dari luar kota meski sudah sore saya sempatkan untuk keliling melihat satwa," lanjutnya.
Anton yang sudah menjadi dokter hewan selama 7 tahun di TRMS Banjarnegara tidak memungkiri jika tidak semua satwa mudah dikendalikan. Bahkan, ia sempat mengalami tangannya penuh luka cakar saat mengobati satwa jenis kera.
"Dalam melakukan pengobatan selama masih bisa dibujuk biasanya tidak perlu dibius. Tetapi, kalau tidak bisa satwa tersebut kami bius agar lebih aman. Tetapi untuk perawatan saya sangat terbantu dengan adanya perawat satwa di sini," ujarnya.
Menurutnya pergantian dari musim kemarau ke musim hujan seperti saat ini, satwa juga mudah terserang penyakit flu. Biasanya, penyakit flu bisa menyerang berbagai jenis satwa baik herbivora maupun karnovora. Jenis primata memiliki tingkat resiko lebih tinggi.
"Sebenarnya tanda-tandanya sama dengan yang dialami manusia, yakni batuk-batuk dan pilek. Selain itu juga badannya panas, makanya saat pergantian musim seperti ini pengecekan kondisi satwa lebih sering," terangnya.
Jika saat pengecekan ditemukan satwa dengan suhu badan tinggi hingga 38 derajat, satwa tersebut akan mendapat perawatan secara khusus.
Upaya lain lanjut Anton yakni dengan rutin memberikan vitamin secara rutin kepada satwa. Upaya ini dilakukan agar setiap satwa memiliki daya kekebalan tubuh saat menghadapi perubahan musim. Sedangkan pemberian obat cacing dilakukan setiap 3 bulan sekali.
Dalam peringatan hari Cinta Puspa dan Satwa yang jatuh pada 5 November ini, ia mengajak masyarakat untuk lebih peduli terhadap satwa. Terlebih pada satwa yang saat ini sudah masuk kategori dilindungi.
"Dengan adanya peringatan ini diharapkan dapan meningkatkan kepedulian, perlindungan, pelestarian puspa dan satwa Indonesia," harapnya. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini