Bamboo Forest as a natural Levee of Pyroclastic Flows in Merapi Volcano, itulah judul penelitian Azizah yang dibawa ke ajang Olimpiade penelitian tingkat internasional Intel-ISEF di Los Angeles Convention Center, California, Amerika Serikat tangal 14-19 Mei 2017 lalu. Penghargaan khusus yang diterima oleh Azizah diberikan oleh The American Geosciences Institute.
![]() |
Azizah mengatakan penelitiannya yang dilakukan ketika masih duduk di kelas XI SMA Negeri 1 Yogyakarta tahun 2016. Selama setahun dia meneliti manfaat bambu di kawasan Gunung Merapi yang ternyata bisa difungsikan untuk mitigasi bencana dan menanggul material erupsi.
"Meneliti untuk menggunakan bambu sebagai tanggul alami erupsi Gunung Merapi," kata Azizah kepada detikcom, Rabu (1/11/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Berdasarkan kearifan lokal masyarakat, bambu sebagai peringatan dini. Masyarakat percaya jika bambu sudah bersuara 'pletek-pletek', tandanya Gunung Merapi mau meletus, masyarakat harus turun," ujarnya.
Namun bukan fungsi mitigasi bencana yang diteliti Azizah untuk penelitian awalnya. Azizah mengetahui potensi lainnya yaitu sebagai tanggul yang bisa mengalihkan aliran material atau aliran piroklastik ke arah sungai sehingga tidak menimpa warga.
"Bambu membentengi di daerah Gunung Kendil (salah satu bukit di lereng selatan Merapi). Saya survei ke sana. Ternyata sudah ada bambunya alami tapi belum tertata," tandas gadis kelahiran Bantul 16 April 1999 itu.
Penelitian dilakukan Azizah di sisi selatan Gunung Merapi. Ia mengetahui erupsi tahun 2010 menyebabkan kawah jebol dan berbagai material mengarah ke Desa Kinahrejo dan sekitarnya. Namun karena ada hutan bambu alami, material yang turun bisa diarahkan ke sungai.
"50%-60% bisa menahan material diarahkan ke kali, bisa membendung dan mengalihkan ke tempat yang seharusnya," terang Azizah.
Penelitian itu ternyata membawa Azizah memperoleh penghargaan di tingkat internasional. Anak bungsu dari dua bersaudara pasangan Suminto dan Surip Sumartilah itu mewakili Indonesia bersama 7 tim lainnya. Dalam ajang Intel-ISEF, Azizah bersaing dengan 1.778 karya dari 78 negara. Dari Indonesia sendiri ada 4 yang memperoleh penghargaan.
![]() |
Azizah kini berkuliah di Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro (Undip) Semarang. Ia mengatakan suka meneliti dan merencanakan suatu wilayah. Saat disinggung apakah ingin menjadi kepala daerah untuk mengatur kota, Azizah mengaku memang tertarik dengan politik.
"Saya senang merencanakan sesuatu. Ya, ke arah politik mulai suka," tandas Azizah.
Hari Senin (23/10) pekan lalu, Azizah ke Jakarta untuk memperoleh penghargaan peneliti remaja berprestasi di Indonesia Science Expo (ISE) 2017 di Balai Kartini, Jakarta. Pemberian penghargaan dilakukan oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani.
"Alhamdulillah berkat penghargaan juga bisa dapat beasiswa unggulan untuk kuliah S1," tutup Azizah. (alg/bgs)