Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas 1 Semarang, Wawan Sutian mengatakan total ada 12 kontainer berisi total 315 ton kedelai yang dikirim eksportir Praire Creek Grain Company, INC Amerika pada 11 September 2017 dan tiba di Tanjung Emas tanggal 23 Oktober.
"Tanggal pemeriksaan 26 Oktober 2017. Didapat temuan adanya ngengat atau family Pyralidae yang belum tentu ada di Indonesia," kata Wawan di Tempat Karantina Perlakuan Fumigasi CY Deli di Tanjung Emas Semarang, Selasa (31/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Wawan tidak membantah soal kemungkinan 12 kontainer berisi kedelai dari Amerika itu mengandung ngengat. Namun pihaknya masih harus memastikan keberadaan ngengat dan juga jenisnya.
"Bisa jadi (ada semua), karena satu partai. Tim akan melakukan pendalaman," tuturnya.
Fumigasi pun dilakukan dengan cara membuat kontainer menjadi kedap udara kemudian diberi Methyl Bromide selama 24 jam. Nantinya ngengat akan mati dan kedelai masih aman dikonsumsi.
![]() |
Langkah selanjutnya, balai karantina akan mengirimkan Notification of Non Compliance (NNC) kepada pihak United State Departement of Agriculture (USDA). Wawan akan menanyakan soal dokumen persyaratan yang sudah dikirim eksportir dan memang sudah lengkap. Tapi kenyataannya barang mengandung ngengat.
"Kita akan melakukan NNC ke pemerintah Amerika, di mana kita berikan protes sertifikat yang kita terima, ternyata masih ada serangga," ujar Wawan.
Sementara itu Pelaksana Pengeluaran dari Importir Kedelai PT Koda Putra, Setyo Budi mengatakan adanya ngengat tersebut jelas merugikan importir karena harus ada biaya tambahan.
![]() |
Saat ini petugas balai karantina masih menunggu kontainer sisanya dari proses pengeluaran barang untuk diperiksa apakah juga mengandung ngengat. Jenis ngengat pun juga diteliti karena secara kasat mata beda dengan ngengat yang ada di Indonesia.
(alg/sip)