Nama Wage di depan nama Supratman menandakan dia dilahirkan pada hari pasaran Wage berdasarkan penanggalan Jawa. WR Supratman lahir tanggal 19 Maret 1903. WR Supratman lahir di Dusun Trembelang, Desa Somongari, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
![]() |
Panut (53), yang merupakan penjaga rumah pusaka itu di depan rumah terdapat cungkup tempat mengubur plasenta atau ari-ari Wage saat dilahirkan pada 19 Maret 1903. Sebagai penanda tempat mengubur plasenta atau ari-ari ditandai dengan tanaman puring. Namun kemudian diganti dan dibuatkan rumah-rumahan kecil dari kayu.
"Orang Jawa kalau mengubur ari-ari pasti di depan rumah," katanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumah ini berada di sebelah tenggara sekitar 12 km dari Kota Purworejo. Suasana asri dan sejuk dengan banyak pepohonan di sekitar rumah yang berada di perbukitan Menoreh.
"Dulunya bagian dinding terbuat dari anyaman bambu, namun kini sudah diganti dengan kayu nangka. Ukuran, bentuk dan letak tidak berubah. Sekat-sekat ruang pun dibuat sama, dari ruang tamu, kamar dan ruang belakang," kata Panut.
Sementara itu kerabat WR Supratman yang masih tinggal di Dusun Trembelang, Suyono (47) menuturkan, Siti Senen, ibu kandung WR Supratman adalah penduduk asli Desa Somongari. Ibu WR Supratman, saat masih berumur 7 tahun kemudian ikut dan dirawat seorang Opas (Polisi Pangreh Praja) di Kota Purworejo, tepatnya di Kelurahan Sindurjan.
Setelah dewasa lanjut dia, Siti Senen kemudian menikah dengan seorang Kopral Serdadu Belanda asal Godean Yogyakarta yang bernama Kartodikromo. Dari pernikahannya itu, mereka dikaruniai 4 orang anak yakni Supratiyah, Supratinah, Supratiyem dan Wage Supratman.
"Sebelum Wage Supratman lahir, tahun 1903, ibu Siti Senen dalam keadaan hamil tua pulang ke Somongari. Dia lahir hari Kamis, Wage tanggal 19 Maret 1903 di rumah kakaknya Seno di Dukuh Trembelang Desa Somongari," kata Suyono.
Setelah kurang lebih berumur 2 bulan, Wage dibawa ke Jatinegara Jakarta di tempat ayahnya bekerja. Sehingga banyak orang mengira dan sejarah juga mencatat jika Wage lahir di Jatinegara, meskipun faktanya ia lahir di Somongari Purworejo.
![]() |
Ketika Wage berusia 9 tahun, ibunda tercinta meninggal dunia dan ayahnya menikah lagi. Wage kemudian diasuh kakaknya Supratiyah di Makasar, yang menjadi isteri seorang Indo Belanda kelahiran Jawa Timur yang bernama Willem van Eldik.
"Di kota Makasar itulah Wage tumbuh menjadi dewasa dan pandai bermain biola atas bimbingan kakak iparnya Willem van Eldik," imbuh Suyono.
Suyono melanjutkan, Wage pernah tampil dalam pentas sandiwara, ia waktu itu memerankan tokoh pemuda bernama "Rudolf". Tokoh tersebut berhasil ia perankan dengan baik, sehingga oleh teman-temannya dijuluki Rudolf.
"Sejak itulah nama Rudolf melekat pada namanya menjadi Wage Rudolf Soepratman," katanya.
Dalam sejarah, WR Supratman setelah dewasa dari Makassar kemudian berpindah di Jawa. Dia sempat bekerja di Bandung dan tempat lain hingga meninggal di Surabaya. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini