"Kalau untuk (ibadah) berhaji kan butuh biaya banyak. Lha ini yang bisa saya lakukan. Alhamdulillah sejak 6 bulan sampai sekarang masih berjalan," tutur bapak tiga anak ini saat berbincang dengan detikcom, Jumat (27/10/2017).
Agus mengaku ide ini datang dari istrinya, Turmiyati (43). Mereka ingin bisa tetap beramal ibadah dan bersedekah dengan cara yang bisa dilakukannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah mendengar penjelasannya, kata Agus, banyak pembeli yang mendoakannya.
Bubur ayamnya per mangkok dijual Agus Rp 7.000. Ia mulai berjualan sejak pukul 05.30-08.00 WIB.
"Sampai jam 08.00 WIB, karena di sini toko mebelnya buka. Jadi sebelum toko buka, saya sudah kemas-kemas. Alhamdulillah sebelum toko buka, bubur sudah habis," katanya.
![]() |
"Setelah selesai jualan bubur, saya pulang istirahat. Nanti malam jualan nasi kucing dan wedangan," kata Agus.
Jualan nasi kucingan dan wedangan dilakukan usai Maghrib sampai pukul 22.00 WIB, di lokasi yang berbeda. Jualan nasi dan wedangan pada malam hari ini baru dimulainya sebulan belakangan ini.
"Pokoknya pukul 22.00 WIB, wedangan saya tutup. Karena pukul 02.30 WIB, harus masak bubur," katanya.
Orangtua dari R Prasetyo Aji (20), Radiknu Rizal (11) dan Khoirunisa Rahmadani (8), bercerita dari berjualan bubur dan wedangan tersebut terkadang menyisihkan uang di kaleng.
"Besarnya nggak tentu, kadang ya Rp 2.000," ujarnya.
Untuk jualan nasi kucingan dan wedangan tersebut Agus memakai gerobak bubur hanya tulisannya ditutup. Sedangkan gorengan dan nasi bungkus dimasak oleh istrinya.
"Istri yang gorengi dan nasi kucingannya sekitar 20-an saja. Kalau belum sampai pukul 22.00 WIB, nasi sudah habis, biasanya istri saya minta bungkus lagi," kata Agus. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini