"Karena kedatangan saya dan tim relawan seringkali tanpa sepengetahuan warga. Jadi pernah sekali waktu warga justru curiga ini rombongan dari mana dan mau apa lha wong sudah ada pelayanan kesehatan kok ini ada yang keluar masuk desa," tuturnya saat ditemui detikcom, Selasa (25/10/2017).
Menurutnya, hal ini bukan untuk pembelajaran sistem namun hanya berlandaskan suka dan ingin melihat kesehatan hingga desa-desa seperti apa. Meski tidak jarang saat melakukan blusukkan tidak menemukan pasien di desa yang dituju.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dari keliling desa selama ini beberapa kali menemukan orang yang sifatnya membutuhkan pertolongan segera. Misalnya, ada pasien yang mengalami patah tulang karena baru saja jatuh dari pohon. Saat itu juga kami melakukan pertolongan," sebutnya.
Namun, kebiasaan yang sering ia lakukan hingga malam hari tidak jarang membuat keluarga cemburu. Mengingat waktu yang diberikan untuk anak dan istri berkurang. Biasanya, jalan keluar yang ia pilih dengan mengajak anak semata wayangnya untuk ikut blusukan ke desa-desa.
"Hal ini sekaligus untuk mengajarkan anak memiliki jiwa sosial. Karena kadang berangkat setelah bekerja kadang akhir pekan," terangnya.
dr Agus menuturkan, kebiasaanya ini awalnya datang karena ia hobi menjelajah desa ke desa menggunakan motor. Hanya, suatu saat ini terlintas hobinya tersebut kurang bermanfaat jika hanya sekadar jalan-jalan.
"Jadi mulai saat itu, saya selain jalan-jalan dari desa ke desa juga melakukan pengobatan kepada pasien yang tidak sampai dibawa ke rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya," kata pria lulusan UNISSULA tahun 1999, kemudian Master dan Spesialis Bedah di Undip. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini