Menengok Sekolah Qaryah Thayyibah Salatiga yang Memerdekakan Siswanya

Menengok Sekolah Qaryah Thayyibah Salatiga yang Memerdekakan Siswanya

Eko Susanto - detikNews
Selasa, 24 Okt 2017 08:12 WIB
Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBQT) di Salatiga. Foto: Eko Susanto
Salatiga - Barangkali tempat ini tak tampak seperti sekolah. Sebab memang sekolah alternatif di Kota Salatiga ini didesain mirip sanggar untuk memberikan ruang ekpresi dan inovasi untuk siswanya.

Selain itu, sistem maupun aturan-aturan yang ada di sekolah tersebut dibuat berdasarkan kesepakatan antar siswa sendiri dengan difasilitasi para pendamping.

Sekolah alternatif ini berdiri pada tahun 2003 dengan konsep yakni sekolah berbasis komunitas/desa (Community Based Schooling). Pada awal berdirinya, warga sekitar Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, pun menolak keberadaan Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBQT).

"Bagi saya orang harus belajar dengan berbasis konteks kehidupan," kata Ahmad Bahruddin, Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Qaryah Thayyibah saat ditemui di rumahnya Kalibening, Tingkir, Kota Salatiga, Senin (23/10/2017).

Berkunjung ke Sekolah Qaryah Thayyibah yang Memerdekakan SiswanyaAhmad Bahruddin, Ketua Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Qaryah Thayyibah. Foto: Eko Susanto
Di sekolah tersebut sistem belajarnya berbeda dengan sekolah pada umumnya. Aturan yang ada, jadwal pelajaran, pakaian maupun lainnya yang berkaitan dengan kebutuhan siswa ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama. Di mana siswa diberikan kekebasan untuk menyampaikan gagasan dan nantinya apa yang telah menjadi kesepakatan bersama akan dilakukan bersama-sama pula. Bahkan, nama kelompok maupun kelas ditentukan berdasarkan kesepakatan mereka.

"Di sini lebih memerdekakan siswa. Siswa diberikan kebebasan untuk berekspresi dan melakukan inovasi," katanya.

Pada, Senin (23/10/2017), berdasarkan pantauan, terlihat sejumlah siswa dengan duduk lesehan di ruangan kelas. Kemudian siswa laki-laki ada yang memakai kaos, celana panjang dan ada juga yang memakai celana pendek, sedangkan siswa perempuan rata-rata memakai jilbab. Setelah berdiskusi, mereka kemudian berbagi jadwal piket.

Setelah itu, siswa yang kebagian piket bergegas mengambil peralatan yang ada seperti sapu. Mereka kemudian membersihkan ruangan dan kompleks Qaryah Thayyibah. Termasuk menyapu di serambi masjid yang berada di sekitarnya.

Adapun yang ada di KBQT bagi warga belajar (siswa) didorong untuk berkreasi dan berinovasi. Untuk itu, terdapat guru yang biasa disebut dengan pendamping di sini. Salah satu tugas dari pendamping yakni menjadi penyemangat bagi siswa mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.

"Pada awal berdiri ada 12 anak, mereka berasal dari warga sekitar. Kemudian, untuk kebutuhan penunjang dirembuk bareng-bareng. Prinsip-prinsip pendidikan di sini untuk menumbuhkan kesadaran kritis," tutur alumni IAIN Salatiga, itu.

Jangan pernah dibayangkan jika sekolah di sini, akan sama dengan sekolah pada umumnya yang setiap harinya berkutat dengan buku pelajaran. Kendati demikian, masing-masing siswa akan menentukan target masing-masing. Target tersebut baik gelar karya, kemampuan Bahasa Inggris, internet maupun lainnya yang ditentukan siswa sendiri.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Qaryah Thayyibah, Salatiga.Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Qaryah Thayyibah, Salatiga. Foto: Eko Susanto


"Pernah suatu ketika Qaryah Thoyyibah ditunjuk Dinas Pendidikan Kota Salatiga untuk maju Lomba Motivasi Belajar Mandiri (Lomojari). Waktu itu, sebagai latihan sebelum dikirim menuju provinsi diadakan cerdas cermat melawan SMPN 10 dan SMPN5. Meski kami masih berada di kelas 2 setara SMP, lawan-lawanya sudah kelas 3, tapi jadi juara pertama," kenang Bahruddin.

Dalam perkembangannya sekarang ini, Bahruddin menyebutkan PKBM Qaryah Thoyyibah seperti sebagai sekolah buangan. Dalam artian, para siswa yang belajar program kesetaraan setingkat SMP (kejar paket B) dan kesetaraan setingkat SMA (kejar paket C), bukan hanya berasal dari Salatiga.

"Kemungkinan di sekolah asalnya, siswa dianggap nakal terus dikeluarkan. Mencari sekolah nggak ada, akhirnya di sini," tuturnya.

Bahruddin menuturkan pula, selain warga sekitar maupun dari luar Salatiga, ketiga puteranya juga mengenyam pendidikan di Qaryah Thayyibah. Kemudian, setelah menyelesaikan pendidikan setara SMA, diberikan kebebasan meneruskannya.

Demikian halnya, bagi para siswa yang telah mengenyam pendidikan baik setara SMP juga diberikan kebebasan. Ada yang juga siswa yang telah mengikuti pendidikan setara SMP di Qaryah Thayyibah, kemudian melanjutkan di SMA maupun SMK. Namun demikian setelah mengikuti pendidikan di sekolah umum, tidak merasa nyaman dan kembali di Qaryah Thayyibah.

Berkunjung ke Sekolah Qaryah Thayyibah yang Memerdekakan SiswanyaSuasana belajar di Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah (KBQT) di Salatiga. Foto: Eko Susanto


Salah satu siswa, Aliya Nafisa Ramadani (14), warga Pengilon, Kota Salatiga, mengaku, belajar di Qaryah Thayyibah merasa lebih nyaman. Baginya, jika di sekolah formal peraturan-peraturan yang ada dianggap membelenggu.

"Kalau di sini, saya bisa mengembangkan minat dan hobi lebih dieksplor. Saya bisa merasakan bagaimana saat mondok, di sini satu kelas ada 9 anak. Terus saya sekarang mengembangkan desain dan dance," tutur gadis yang berjilbab, itu. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads