Di usia 3 tahun dia mengalami sakit cacar. Setelah diberi obat dari Puskemas, Zainal justru mengalami kebutaan. Namun dari keterbatasan itu, justru dia bisa menghapal Al-Quran hanya dari mendengar bacaan guru ngaji. Baru setelah lama hapal Quran, di usia 17 tahun Zainal belajar membaca Quran berhuruf braile.
"Karena tidak bisa melihat, saya belajar menghafal dengan cara mendengar. Alhamdulillah Allah memberikan anugerah itu. Sejak umur berapa hapalnya, saya lupa," kata Zainal saat ditemui, Minggu (22/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Sejak 2006 lalu, lelaki 50 tahun itu mendirikan Pesantren Hidayatul Quran di Desa Semawung Daleman, Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Pesantren itu khusus untuk para santri yang ingin menjadi penghapal Quran.
Saat ini perluasan ruangan sedang dilakukan agar daya tampung santri semakin bertambah. Selain iytu juga karena kegiatan di pesantren tak hanya internal santri, namun juga sering diadakan pengajian umum dan kegiatan lain yang diikuti warga masyarakat umum.
![]() |
Nur Rohmat (25), asal Mojo Rayung, Wungu, Madiun, adalah salah satu santri pesantren tersebut. Selama 3 tahun menimba ilmu, kini Rohmat sudah bisa hapal Quran. Bahkan, ia sekarang menjadi salah satu pengajar di pesantren itu. "Alhamdulillah bulan Ramadhan kemarin saya sudah diwisuda lulus hafalan Al-Quran," kata dia. (mbr/mbr)