Inovasi tersebut diikutkan dalam Lomba Penelitian Siswa Nasional (LPSN) 2017 yang digelar 9-13 Oktober lalu di Jakarta. Hasilnya, mereka memperoleh medali perunggu dalam bidang teknologi rekayasa.
Dua siswi tersebut ialah Husniya Munzayana dan Lathifatun Assyifa. Mereka tergabung dalam 10 perwakilan Jawa Tengah dalam ajang bergengsi itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alatnya sederhana, kotak kayu, selotip, aluminium foil, kaca dan alat-alat lainnya. Prinsipnya sebenarnya sama dengan membuat telur asin biasanya," ujar dia saat ditemui di sekolahnya, Jumat (20/10/2017).
Awalnya, telur bebek direndam ke dalam air cuka agar pori-pori telur terbuka. Kemudian seperti pada umumnya, telur dibungkus dalam adonan batu bata dan garam selama satu jam.
Setelah itu giliran telur dibungkus dengan serbuk arang. Telur lalu dimasukkan ke dalam kotak yang sisi-sisinya terbuat dari aluminium foil.
"Kemudian dijemur di bawah terik matahari. Aluminium foil digunakan agar panas matahari bisa lebih fokus," ujar dia.
Telur asin akan lebih optimal hasilnya jika menggunakan telur bebek. Sebab telur ayam memiliki cangkang lebih tebal dan pori-pori yang lebih rapat.
Dia menjelaskan, alat tersebut dapat diperoleh cukup mudah. Biayanya pun bisa dibilang sangat murah, yakni Rp 11 ribu.
![]() |
Sementara itu, guru pendamping mereka, Endang Warsiningsih mengatakan para siswa di sekolahnya memang terus didorong membuat inovasi-inovasi baru. Sekolah kerap menggelar pameran yang diikuti setiap kelas.
"Kalau ada yang potensial akan kita bina agar bisa ikut lomba. Ini tahun ketiga kami ikut lomba dan selalu mendapat penghargaan," ujar Endang. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini