Untuk sampai di lokasi Kampung Krisan sangat mudah. Jika Anda ingin menuju kawasan wisata Bandungan, khususnya dari arah Lemahbang, Semarang nantinya di kanan jalan akan menemukan papan petunjuk jalan menuju wisata kebun bunga, Kampung Krisan Clapar.
Pengunjung bisa mengikuti papan petunjuk tersebut dan akan menemukan bangunan dengan atap dari plastik atau greenhouse untuk lokasi menanam bunga Krisan. Bahkan saat sampai di lokasi parkiran yang telah ditentukan, Anda cukup membeli tiket masuk Rp 10.000.
![]() |
Setelah itu, pengelola akan menunjukkan rute kebun krisan yang bisa dikunjungi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lokasi wisatanya di lahan milik petani ini, setiap minggunya ada 2 lokasi yang bisa dikunjungi. Terus bergantian melihat lokasi mana yang bunganya telah mekar," kata Sugiyanto, Kamis (19/10/2017).
Salah satu petani, Minto (48), mengatakan, petani pertama menanam bunga krisan pada 2004, namun booming baru beberapa tahun lalu. Semula di kawasan ini kebanyakan petani menanam sayuran, lambat laun beralih menanam bunga Krisan.
"Untuk membuat greenhouse ini modalnya sampai Rp 25 juta dan jika tidak terkena bencana angin bisa bertahan 5 tahun. Bunga Krisan dari tanam sampai berbunga sekitar 4 bulan," kata Minto.
Ia menuturkan, jika melihat jumlah petani bunga Krisan semakin bertambah, hal ini memperlihatkan untuk hasilnya menjanjikan dibandingkan dengan sayuran. Kemudian, setelah 4 bulan berbunga, bunga krisan dijual di pasaran per ikat ada 10 tangkai.
"Harga jual bunga krisan mengikuti pasaran, tapi kalau pas Lebaran harganya tinggi," tuturnya.
Salah satu pengelola, Agus Nugroho (26), menambahkan, jika hari-hari biasa pengunjung tak begitu ramai. Namun pada Sabtu dan Minggu, bahkan saat libur nasional pengunjung ramai sekali.
![]() |
Kemudian, selain bebas selfie, pengunjung yang ingin pulang membawa bunga krisan diperbolehkan. Nantinya, pengunjung tinggal petik sendiri, kemudian saat pulang akan dibungkuskan pengelola. Untuk petik sendiri per batangnya dikenakan Rp 2.500.
Agus mengingatkan pengunjung dilarang untuk merusak tanaman selama berada di lokasi ini.
Pengelola Kampung Krisan Clapar ini juga terdapat gardu pandang yang bisa selfie dengan latar belakang Gunung Ungaran.
"Kami datang ke sini refreshing sebelum berangkat menuju lokasi KKN. Kami tahu dari instagram teman di Kebun Krisan Clapar ini. Ini, kami pun dititipi untuk beli 3 tangkai (harganya) Rp 7.500," kata Novia Emanda (21), mahasiswi Unnes yang datang bersama temannya Ikkosonia, Mutia, Wahyu Aprilia dan Mohasan Bisri, itu.
Kelima mahasiswi ini, selain menuju Kebun Krisan Clapar, akan melihat pula keindahan pemandangan Umbul Sidomukti.
![]() |
"Hanya saja bangunan greenhouse terutamanya bambu-bambunya kurang tinggi sehingga terkadang saat jalan menghalangi. Kemudian lokasinya bisa dibuat bersih lagi," tutur Bisri.
Diwawancara terpisah, Kepala Desa Duren Trismiwati mengatakan, desa memfasilitasi keberadaan Kampung Wisata Krisan ini. Tanah yang ditanami milik petani, yang semula petani sayur beralih menjadi petani bunga.
"Desa menyuport keberadaan Kampung Wisata Krisan ini. Terkadang ada pelatihan-pelatihan dari Dinas Pertanian," katanya. (sip/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini