Katana bersarung warna cokelat itu kini disimpan oleh kakek berusia 91 tahun bernama Huri Prasetyo. Huri merupakan rekan Sayuto.
Huri menunjukkan Katana peninggalan Sayuto. Foto: Angling Adhitya Purbaya |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Katana peninggalan Sayuto di Semarang. Foto: Angling Adhitya Purbaya |
Huri mengatakan bahwa Sayuto meripakan pria yang saat itu disegani oleh pemuda sesama pejuang dan ditakuti tentara Jepang.
Huri menyelamatkan Sayuto yang terluka di Lawang Sewu di antara pemuda-pemuda lain yang tewas disiksa Jepang. Tidak butuh waktu lama untuk Sayuto pulih dan memimpin pasukan untuk menghajar Jepang. Huri kemudian dipilih mendampingi Sayuto membawa Katana tersebut.
"Ada 3 pedang (Katana) yang ditinggal Jepang di depan Gris. Ini saya yang bawa, Sayuto ini yang menebas," ujar Huri sembari menunjuk foto Sayuto di dokumen piagam Peta.
Katana dan piagam PETA atas nama Sayuto. Foto: Angling Adhitya Purbaya |
"Setelah pertempuran selesai, Sayuto memberikan pedang (katana) ini kepada saya," tandas suami dari almarhumah Siti itu.
Katana warisan Sayuto di Semarang. Foto: Angling Adhitya Purbaya |
Huri menjaga baik-baik katana dan kenangan masa perang itu di rumahnya yang tenang. Sesekali ia melihat lagi katana peninggalan temannya itu. Sayuto sebenarnya juga tinggal di Semarang, tapi ia sudah meninggal di usia 85 tahun pada 3 Juni 2007 lalu. (alg/sip)












































Huri menunjukkan Katana peninggalan Sayuto. Foto: Angling Adhitya Purbaya
Katana peninggalan Sayuto di Semarang. Foto: Angling Adhitya Purbaya
Katana dan piagam PETA atas nama Sayuto. Foto: Angling Adhitya Purbaya
Katana warisan Sayuto di Semarang. Foto: Angling Adhitya Purbaya