Sebagian wajah Mbah Jiyem mengalami kerusakan. Bahkan, hidungnya sudah hilang. Mata kanannya juga sudah kena dan tidak bisa melihat. Sedangkan yang kirinya juga mulai terganggu. Untuk bisa melihat, kelopak mata kirinya harus dibuka menggunakan jari.
"Mata kirinya juga sudah mulai kena. Sehari-hari dia memakai masker untuk menutupi wajah," kata Pujiati (56), keponakan yang selama ini merawat Jiyem, Kamis (19/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Jiyem kini tinggal di rumah sederhana dari papan kayu berukuran sekitar 4 x 5 meter di belakang rumah Pujiati. Sejak 10 tahun lalu, Jiyem ikut dengan keluarga Pujiati. "Pindah kesini sudah sakit, ada benjolan di wajahnya," katanya Pujiati.
Menurut dia, penyakit kanker kulit ganas itu diderita Jiyem sudah sekitar 12 tahun. Awalnya, hanya benjolan kecil di dekat hidung sisi kanan "Karena mungkin ketidaktahuan ya, benjolan itu digaruk-garuk. Lama-lama benjolan itu semakin besar," terangnya.
Mbah Jiyem sudah pernah dua kali menjalani perawatan di RSUD Pandan Arang Boyolali. Juga pernah dilakukan operasi. Namun penyakitnya tersebut belum sembuh juga. Seusai operasi, saat itu dokter menyarankan agar menjalani perawatan lanjutan dengan kemoterapi. Namun karena tidak ada yang mendampingi, Jiyem tidak melakukannya. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini