Prosesi jamasan kereta ini berlangsung di Museum Kereta Keraton Ngayogyakarta, di Jl Rotowijayan, Selasa (17/10/2017). Prosesi jamasan bertepatan dengan hari pasaran Selasa Kliwon yang jatuh di bulan Sura.
Kereta utama yang dijamas yakni Kanjeng Nyai Jimat. Kereta ini dibuat pada masa Sultan Hamengku Buwono I. Kereta ini dijamas oleh para abdi delam di sebelah selatan museum. Sementara Kereta Kyai Manik Retno yang dibuat masa Hamengku Buwono IV dijamas persis di depan museum.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain jerigen, di antara ratusan warga yang mengantri di pintu sisi selatan museum juga ada yang membawa cangkir. Wadah yang mereka bawa ini digunakan untuk mengambil air sisa jamasan yang dikumpulkan. Sebab warga meyakini sisa air jamasan mengandung berkah.
"Memang warga meyakini air sisa jamasan membawa berkah. Misalnya untuk orang sakit dikasih air jamasan bisa sembuh, juga bisa dipakai buat obat hama pertanian," kata seorang warga Wonosobo, Sutrisno (50), kepada detikcom, Selasa (17/10/2017).
Selain itu, kata Sutrisno, air sisa jamasan juga bisa digunakan untuk memperlaris barang dagangan, caranya air sisa jamasan tersebut diteteskan barang dagangan. Sisa air jamasan bila digunakan untuk cuci muka juga diyakini bisa memperlancar hajat seseorang.
"Sudah 15 tahun saya mengikuti prosesi jamasan dan memang terbukti membawa berkah. Tidak hanya saya yang meyakini keberkahan ini, tapi juga warga lain. Kemarin saja dari Wonosobo saya berangkat bareng-bareng 22 orang, naik bus," pungkasnya.
Saat berlangsungjamasan, putri keempat Sri SultanHamengkuBuwono X, GustiKanjeng Ratu (GKR)Hayu turut memantau jalannya prosesi. Menurutnya prosesijamasan adalah hajatdalem. Agar tidakmenganggu kelancaran prosesi, keraton melakukan penjagaan lebih ketat. Tidak sembarang orang bisa mendekati kereta saat prosesijamasan yang dilakukan abdidalem di Museum Kereta Keraton.
![]() |
"Saya minta tolong, soalnya ini hajat dalem. Ini upacara penting, bukan masalah ketat atau tidaknya. Ini kan (Kereta Kanjeng Nyai Jimat) salah satu kereta yang paling tua, kalau kenapa-kenapa kepiye (kalau kenapa-kenapa bagaimana)," tambah Hayu.
Saat prosesi jamasan berlangsung hari ini lebih ketat dibanding tahun lalu. Di sebelah selatan museum, yang menjadi tempat prosesi jamasan Kereta Kanjeng Nyai Jimat dipasang pagar pembatas, sehingga warga tidak bisa mendekat.
Hayu melanjutkan, prosesi jamasan kereta keraton adalah prosesi tahunan, yang intinya adalah membersihkan kotoran yang menempel di kereta. "Ini kan peninggalan dari leluhur, harus dijaga, intinya kan begitu," pungkasnya. (bgs/bgs)