Putra pasangan dari Ahmad Agus dan Mas'udah warga Dukuh Grabak, Desa Sridadi, Kecamatan Kota Rembang yang baru berumur 2 bulan itu harus menjalani operasi di RSU dr Kariadi, Semarang.
"Memang benar, anak saya sebelumnya selalu dipijat oleh dukun bayi desa. Setiap hari dua kali, saat pagi dan sore hari waktu sehabis mandi," jelas Ahmad Agus di rumahnhya, Minggu (15/10/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Biasanya periode pijatnya mulai dari setelah lahir sampai umur 36 hari. Nah ini anak saya baru usia 27 hari sudah demikian (dipijat). Bukan saya langsung menyalahkannya, tapi memang takdir dari Tuhan seperti ini. Semua bayi di sini sejak dulu dipijat sama dia (dukun bayi), dan mereka juga sehat-sehat saja," tuturnya.
Dia menambahkan awal mula keluarga mengetahui Kenzo mengalami pendarahan otak setelah dia mengalami muntah-muntah. Saat muntah-muntah tidak hanya lewat mulut tapi juga hidung. Selain itu tidak mau minum ASI ibunya.
"Jadi dulu awalnya muntah-muntah, sampai muntahnya itu juga keluar dari hidung. Tidak lama dari itu, mata sebelah kanan menutup, tapi yang kiri masih normal. Selain itu bayi saya ini tidak mau minum ASI selama dua hari," ungkapnya.
Agus bercerita, saat itu kondisi bayinya kian mengkhawatirkan, akhirnya keluarga memanggil bidan desa setempat. Oleh bidan tersebut disarankan untuk dibawa ke RSUD dr R. Soetrasno, Rembang. Dokter di RSUD menyarankan untuk segera dibawa ke RS dr Kariadi Semarang.
Di RS Kariadi, tim dokter kemudian melakukan operasi untuk menetralisir tekanan darah di otak. Kenzo menjalani perawatan selama 2 minggu dan rawat jalan serta terus pengobatan rutin selama 2 tahun.
Agus menjelaskan, berdasarkan diagnosa dokter yang menangani saat di RS Kariadi. Kenzo mengalami pendarahan dalam otak kanan akibat terlalu sering dipijat. Secara medis, pemijatan yang terlalu sering terhadap bayi tidak disarankan.
"Kini masih dalam fase penyembuhan hingga dua tahun ke depan dan harus rutin pengecekan di Semarang," pungkas dia. (bgs/bgs)