Uniknya makam tersebut persis berada di dekat Vihara Avalokittesvara, Yayasan Sri Kukus Redjo, Gunung Kalong, Ungaran. Sejak pagi warga Kelurahan Susukan, terutama yang beragam Islam dan penduduk setempat mulai berdatangan menuju komplek makam tersebut.
Warga yang datang membawa bungkusan berisi nasi maupun buah-buahan serta jajanan pasar. Kemudian, mereka duduk lesehan dengan alas tikar, karpet maupun bekas koran dengan posisi saling berhadap-hadapan. Kemudian, persis di depannya mereka menaruk makanan maupun buah-buahan yang dibawanya. Ada juga yang terpaksa duduknya di antara batu nisan makam warga lainnya.
Ketua Pengurus Harian Makam Ki Mandung-Nyi Mandung, Suratman mengatakan, Ki Mandung dan Nyi Mandung, merupakan penderek Bupati Semarang pertama, Ki Pandanaran.
Sandranan di Makam Ki Mandung-Nyi Mandung, Gunung Kalong, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Foto: Eko Susanto |
Dalam acara Sadranan ini, katanya, dilangsungkan setahun sekali pada bulan Sura tepatnya hari Jumat Wage atau Jumat Kliwon. Jumat Wage, merupakan hari pasaran meninggalnya Ki Mandung, sedangkan Jumat Kliwon, merupakan hari pasaran meninggalnya Nyi Mandung.
"Warga melangsungkan slametan hanya saja tidak boleh membawa tempe. Ceritanya dulu Ki Mandung melihat seorang yang sedang mentruasi membuat tempe. Ki Mandung tidak suka dengan tempe," tuturnya.
Dalam Sadranan ada yang harus disediakan, kata dia, antara lain ingkung, menyembelih kambing dan membuat bubur Sura.
"Kami menyembelih satu ekor kambing," ujarnya.
Sandranan di Makam Ki Mandung-Nyi Mandung, Gunung Kalong, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Foto: Eko Susanto |
"Kami saling bantu-membantu. Listrik yang mengaliri sini dan karpet yang kami pakai dari Vihara. Pokoknya saling bantu-membantu dan hidup rukun," kata dia.
Lurah Susukan, Siswanto mengatakan, sandranan ini diikuti warga Susukan.
Sandranan di Makam Ki Mandung-Nyi Mandung, Gunung Kalong, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Foto: Eko Susanto |
"Ini dilakukan setiap setahun sekali. Acara ini bisa jadi ajang silaturahmi antar warga," katanya.
Salah seorang warga Ngemplak Susukan, Mahmudi (37), mengaku, setiap tahunnya mengikuti acara sadranan. Dia bisa ngalap berkah dari Sadranan ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk doa bersama dalam sadranan dipimpin KH Muh Zuhri. Setelah dilakukan doa bersama, warga kemudian menikmati menu makanan yang dibawa dari rumah secara bersama-sama. Warga berbaur menikmati makanan secara bersama-sama. (sip/sip)












































Sandranan di Makam Ki Mandung-Nyi Mandung, Gunung Kalong, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Foto: Eko Susanto
Sandranan di Makam Ki Mandung-Nyi Mandung, Gunung Kalong, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Foto: Eko Susanto
Sandranan di Makam Ki Mandung-Nyi Mandung, Gunung Kalong, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang. Foto: Eko Susanto