Detikcom mengikuti kegiatan mereka kemarin, Kamis (5/10). Usai bertugas di markasnya masing-masing, para prajurit ini menunjukkan kegiatan sampingannya.
Salah seorang di antaranya, anggota Kodim 0720/Rembang Serma Yadi. Pria ini tidak malu berkutat dengan kawanan kambing setiap hari. Dia tak sungkan-sungkan menggembala 20 ekor kambing ternaknya jika sudah lepas tugas. Hasilnya, kata Yadi, untuk tambah pemasukan demi kuliah anak.
![]() |
"Ini cuma untuk ngisi waktu luang saja di luar jam dinas, sedangkan yang terpenting kan kerjaan di Kodim. Soal omzet dari ternak kambing ini, bisa buat uang saku tambahan anak-anak waktu kuliah," ujar Yadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usaha yang dilakoni warga Desa Karanglo, Kecamatan Jatibarang, Brebes ini sudah ditekuni selama 10 tahun dan telah membawa hasil. Dia mengaku hasil usahanya bisa untuk mencukupi pendidikan dua anaknya dan mengembangkan usaha.
![]() |
Sedangkan di Purworejo, seorang anggota TNI AL, Koptu Tikno Wibowo (37) sukses betenak Burung Cinta. Berawal dari hobi, ternyata bisa menambah penghasilan warga Desa Paduroso, Kecamatan Purworejo, Kabupaten Purworejo ini.
![]() |
Prajurit yang bertugas di Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) Cilacap mengaku mulai menggeluti dunia burung cinta itu sejak 2012. Keluarga Tikno mendukung kegiatan positif yang dilakukannya.
"Awal nonton kontes terus lama-lama suka. Akhirnya mencoba ternak sendiri sejak 2012 hingga sekarang. Alhamdulillah lumayan berhasil," kata Tikno.
Kemudian yang terakhir, anggota Koramil Banyudono, Bayulali, Sertu Joko Suprihatin. Kepada detikcom, Joko bercerita tentang kegiatannya saat tak bertugas di markasnya.
Joko ternyata juga seorang wasit sepak bola nasional. Sebagai wasit sepak bola nasional, Sertu Joko Suprihatin memiliki sertifikat C1 Nasional.
Tak hanya itu, dia juga ahli pijat dan urut. Bahkan dari keahliannya itu, dia pernah menyelamatkan seorang warga yang nyaris bunuh diri karena putus asa dengan kondisinya.
Di sela-sela tugasnya sebagai Babinsa di Desa Jembungan, Sertu Joko tak canggung maupun malu ketika dimintai tolong masyarakat untuk memijat. Tak hanya warga biasa, bahkan kepala desa dan guru pun banyak yang meminta pijat kepadanya.
"Pijat khusus cedera, lelah, badan pegal-pegal, keseleo, insyaallah sembuh," tuturnya.
![]() |
Apakah dia menarik ongkos untuk keahliannya memijat? Ternyata tidak. Keahliannya itu tidak digunakan untuk menambah penghasilan. Tidak digunakan sebagai pekerjaan sampingan.
"Saya memang tidak memasang papan (jasa pijat), karena memijat ini saya gunakan untuk persaudaraan saja," ujarnya.
Sedangkan untuk menambah penghasilan keluarga, dia bersama istrinya, Tri Evi S, membuka warung bubur tumpang di rumahnya setiap sore hari. Jika tidak sedang tugas, dia membantu istrinya di warung. (sip/mbr)