Para Wanita di Balik Bertahannya Industri Ukir Jepara

Para Wanita di Balik Bertahannya Industri Ukir Jepara

Wikha Setiawan - detikNews
Selasa, 03 Okt 2017 17:57 WIB
Pengrajin ukir kayu di Jepara. Foto: Wikha Setiawan
Jepara - Jepara memang identik dengan seni ukir kayu. Namun, belakangan industri ini mulai tergerus dengan munculnya perusahaan modern yang berdiri di sejumlah daerah di kabupaten ini.

Kondisi tersebut membuat pelaku industri ukir terus berupaya bertahan dengan berproduksi di tengah minimnya minat generasi pengukir. Salah satunya di Desa Petekeyan Kecamatan Tahunan.

Di desa ini, hampir semua warganya bekerja sebagai pengrajin ukir. Bahkan saat ini, Desa Petekeyan menjadi Kampoeng Sembada Ukir Kabupaten Jepara.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menariknya, pengrajin ukir justru didominasi oleh kaum wanita. Lebih dari 60 persen dari total 3.800 pengrajin adalah ibu rumah tangga.

Nur Hamidah (40), misalnya, sudah mulai bekerja sebagai pengukir sejak umur 15 tahun. Ia menguasai tatah atau alat ukir dengan belajar secara otodidak.

"Awalnya saya ikut orangtua bekerja mengukir. Melihat, dan lalu mulai mencoba mengukir saat masih umur 15 tahun," katanya kepada detikcom, Selasa (3/10/2017).

Warga RT 18 RW 04 Desa Petekeyan ini mengaku tidak kesulitan membuat ukuran berbagai desain dan motif. Dalam satu hari, ia mampu membuat ukiran sekitar 5 sampai 9 buah.

"Motifnya beragam, tapi tidak menjadi masalah karena sudah menguasai alatnya. Tinggal menyesuaikan lekuk atau desainnya," lanjutnya.

Wanita di balik industri ukiran kayu di Jepara.Wanita di balik industri ukiran kayu di Jepara. Foto: Wikha Setiawan

Menurutnya, pekerjaan mengukir di Desa Petekeyan sudah turun temurun sejak jaman dulu. Bahkan, ia selalu membawa serta anaknya yang masih sekolah dasar saat bekerja.

"Ya, seperti saya dulu, ikut orangtua saat mengukir. Nanti, anak saya juga akan tahu sendiri bagaimana cara mengukir," ucap Hamidah.

Ia juga menuturkan, pendapatan bekerja sebagai pengukir tergolong tinggi. Satu buah ukiran kayu jati, ia dibayar Rp 10 ribu.

"Kalau sehari dapatnya 5 sampai 9, berarti rata-rata sehari mendapatkan Rp 50 ribu sampai Rp 90 ribu. Sebenarnya, pengukir tidak masalah kalau soal pendapatan," ungkapnya.

Muriyati (50), pengukir lainnya menambahkan, mengukir bukanlah pekerjaan kasar. Selain memang sudah menguasai, pilihan mengukir juga untuk mempertahankan industri kayu di Kabupaten Jepara.

"Kalau sehari paling banyak dapat nya Rp 50 ribu, karena besaran bayarannya ditentukan besar dan motif ukiran," papar lulusan Madrasah Ibtidaiyah atau setingkat SD ini.

Ketua Paguyuban Kampoeng Sembada Ukir Desa Petekeyan, Marsodik menyampaikan bahwa pengrajin ukir di desanya didominasi oleh wanita maupun laki-laki berumur lebih dari 30 tahun. Banyak generasi muda yang memilih bekerja di perusahaan modern, salah satunya garmen.

"Kami akui keberadaan garmen berdampak terhadap kuantitas pengrajin ukir terutama di Desa Petekeyan," terang dia.

Ia menepis, minimnya generasi pengrajin ukir disebabkan upah yang tak layak.

"Bukan soal upah. Kalau pengrajin itu memenuhi target garapannya akan mendapatkan upah rata-rata Rp 100 ribu per hari. Kalau satu bulan, bisa jadi tiga juta kurang sedikit," tuturnya.

Ia berharap, industri ukir kayu di Kabupaten Jepara terus dapat berkembang.

Wanita di balik industri ukiran kayu di Jepara.Wanita di balik industri ukiran kayu di Jepara. Foto: Wikha Setiawan

"Kalau dari pengrajin sudah berupaya berinovasi dengan membuat motif-motif baru. Nah, tinggal pemerintah daerah yang harus punya kebijakan untuk melestarikan yang menjadi ciri khas Jepara ini (ukir)," kata Marsodik.

Ketua Umum Paguyuban Kampoeng Sembada Ukir Desa Petekeyan, Nur Khandir menceritakan bahwa industri ukir di desanya sebelumnya belum dapat memberikan kemakmuran bagi warganya yang mayoritas pengrajin ukir. Selain minim pendampingan, hasil ukir Desa Petekeyan masih dipasarkan secara manual.

Di tahun 2000, Desa Petekeyan termasuk desa tertinggal, hingga akhirnya mendapat bantuan program desa tertinggal. Kemudian pada 2002 kembali dapat bantuan program peningkatan peranan wanita untuk keluarga sehat sejahtera.

"Di tahun 2005 dan 2007 mendapat program PNPM. Selanjutnya warga memutuskan untuk membuat paguyuban 2012. Pengelolaan bantuan melalui paguyuban itu membuahkan hasil dan ditetapkan sebagai Desa Wisata dengan sebutan Kampoeng Sembada Ukir," ujarnya.

Selain mengembangkan industri ukir, Desa Petekeyan juga mulai berbenah di sektor infrastruktur jalan, mengingat pentingnya akses jalan bagi perekonomian yang bersumber dari industri ukir.

"Hampir di tiap rumah ada brak tempat membuat ukiran. Jadi, akses jalan yang mulanya tidak layak, mulai diperbaiki sekaligus diperlebar sepanjang 1,4 kilometer," lanjut dia.

Saat ini, Desa Petekeyan dikenal sebagai produksi ukir minimalis. Ada sekitar 50 motif ukir, dengan dua desain yang menjadi identik yakni lemari bentuk botol dan gitar bas klasik.

"Dikenalnya ukir minimalis, sehingga pengrajin di sini selalu berinovasi menciptakan motif," paparnya.

Selama ini, banyak sentra ukir dari berbagai daerah telah melakukan stadi banding ke Petekeyan. Mereka belajar mulai dari proses pembuatan, manajemen pemasaran hingga pengelolaan paguyuban.

"Ada yang datang dari Jawa Timur, Jawa Barat, bahkan kami pernah didatangkan ke Papua untuk melatih mengukir di sana. Saat itu kami kirim empat orang ke Papua," tutur dia.

Herry Purnomo, seorang Guru Besar IPB sekaligus peneliti Center for International Forestry Research (Cifor) menyampaikan industri mebel dan ukir Kabupaten Jepara tetap menjadi andalan dibanding ukir Cina dan Vietnam yang mulai meningkat di pasar dunia.

"Bagaimanapun buatan manusia lebih unggul ketimbang mesin. Jadi, industri ukir dan mebel Jepara sangat bisa untuk terus berkembang dan bersaing dengan luar negeri. Hanya saja, perlu terus berinovasi, menata manajemen pemasaran serta didukung oleh kebijakan pemerintah," tuturnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads