Beberapa hasil karya batik tulis Lasem saat ini mulai terbuka dengan motif batik dari daerah lainnya. Seperti motif latohan khas batik Lasem yang dipadukan dengan motif parang. Latohan merupakan gambaran dari tanaman latoh yang merupakan sejenis ganggang yang banyak terdapat di Lasem.
Tak jarang juga, desain motif khas batik Lasem diperbarui dengan desain yang lebih modern.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kontemporer ini maksudnya kita fleksibel. Kita kembangkan kreasi para seniman untuk bisa diterapkan dalam sebuah canting membatik. Tapi, unsur Lasem harus tetap ada, seperti motif latohan, dan beberapa karakter Chinese yang melekat," ujar Nur Rohman.
Menurutnya, sejumlah motif batik Lasem memiliki nilai historis tersendiri. Adanya perpaduan antara gaya Chinese dengan Jawa merupakan simbol akulturasi kebudayaan. Yang paling kental, yakni gambar naga pada batik Lasem, dan dominasi warna merah pada setiap hasil batik tulis Lasem.
Tak hanya dalam wujud selembar kain saja, kini kreasi batik tulis Lasem mulai diterapkan pada sejumlah atribut pakaian. Seperti kemeja, tas, dompet, dan sejumlah tren fashion lainnya. Beberapa diantaranya, yang memiliki nilai artistik tinggi justru sengaja hanya dibuat pajangan pada tembok.
"Beberapa desain batik kuno masih terpajang secara rapi di rumah saya, agar motif kuno batik Lasem tetap terjaga dan orang yang lihat biar tahu. Saya sandingkan dengan beberapa motif batik modern dengan konsep kontemporer agar terlihat akulturasinya," imbuhnya.
Pemerintah Kabupaten Rembang pun juga tak ingin ketinggalan ikut terus meningkatkan eksistensi Batik Lasem di mata publik. Beberapa pembatik di Rembang kini telah bersertifikasi. Selain itu, pelatihan membatik terus digalakkan sebagai upaya penggalian bibit pembatik sejak dini. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini