Mulyani, pengrajin batik asal Desa Lamuk, Kaliwiro, Wonosobo, sudah sejak tiga tahun lalu menyuguhkan warna yang berbeda untuk garapan motif batik; tanpa lengkungan.
Menurutnya, batik dengan motif garis lurus ini untuk membuktikan jika garis-garis lurus juga bisa menghasilkan keindahan. Secara makna, kata Mulyani, ada pesan yang ingin disampaikan tentang ketegasan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Untuk motifnya, ia bersama 10 karyawan sudah membuat beragam motif. Di antara yang sudah dibuatnya adalah motif topeng panguripan, tongkeret, bundengan dan lain-lain. Itu pun dengan beraneka variasi. Dalam sehari, dia mampu menghasilkan tiga lembar kain batik berukuran panjang 2 meter.
"Selain untuk melestarikan budaya, produksi batik juga untuk menyerap tenaga kerja yang ada di sekitar Desa Lamuk," sambungnya.
![]() |
Untuk harga batik tersebut, Mulyani membandrol harga antara Rp 200 ribu hingga Rp 500 ribu tergantung tingkat kesulitan. Saat ini, ia mengaku batik tanpa lengkungan ini sudah berkali-kali mengikuti pameran di berbagai daerah.
"Dengan adanya batik tanpa lengkungan ini berharap agar keberadaan batik tidak monoton," harapnya. (mbr/mbr)