Sugiono langsung bersiap menuju ke Kentungan. Namun saat Sugiono mencari sopirnya, dia mendapati sudah ada seorang sopir pengganti. Cerita ini didapat Ganis dari sang ibu.
"Ternyata sopir sudah diganti dengan sopir yang lain yang sudah berpaham PKI, dengan alasan sopir lama sakit dan tidak bisa melanjutkan perjalanan. Waktu itu Pak Giyono (Kolonel Sugiono) sudah curiga. Tetapi Pak Giyono kemudian ikut saja ke Kentungan," kata putra keenam Sugiono, Ganis Priyono saat berbincang dengan detikcom di rumahnya di Jalan I Dewa Nyoman Oka Kota Baru, Yogyakarta, Jumat (29/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Diberitahu Pak Katamso ada di Kentungan, Pak Giyono (Kolonel Sugiono) langsung menelpon Ibu Sugiono pamit tidak bisa makan siang di rumah. Karena langsung ke Kentungan untuk mencari Pak Katamso," ungkapnya.
Kemudian Sugiono diantarkan sopir pengganti menuju ke Kentungan. Begitu tiba di Kentungan, kata Ganis, saat turun dari mobil Kolonel Sugiono langsung dipukul menggunakan kunci mortir. Kolonel Sugiono dalam kondisi tidak sadar dibawa ke ruang interogasi.
Siang harinya, Kolonel Sugiono yang kini menjadi Pahlawan Revolusi ini dibawa ke sebuah lubang. Tangannya terikat dan diseret dengan mobil dinasnya.
"Karena diseret, maka pakaian, jasnya rusak-rusak. Sampai di lubang, Pak Sugiono langsung dilempar di tempat yang sama di atasnya pak Katamso. Begitu Pak Sugiono dilempar, Pak Giono seperti masih bernafas, seperti suara mendengkur, begitu ada suara itu langsung para PKI melempar kepala Pak Sugiono dengan batu yang lumayan besar. Begitu Pak Sugiono meninggal, mereka kemudian bernyanyi-nyanyi berpesta di situ," tutur Ganis. (sip/sip)