"Untuk pelayanan di PUDAM Boyolali memang agak terganggu, terutama di wilayah Boyolali Utara, seperti (Kecamatan) Andong dan Klego sekitarnya. Agak sedikit terkendala karena debit air yang ada berkurang," ungkap Direktur Utama PUDAM Boyolali, Cahyo Sumarso, Senin (25/9/2017).
Sedangkan untuk beberapa wilayah selain Boyolali utara itu, menurut dia, semuanya lancar. Dia mengakui, telah menerima pengaduan dari pelanggan di wilayah Boyolali Utara berkait distribusi air bersih yang mati dan diberlakukan giliran. Hal yang sama juga sudah diberlakukan di beberapa daerah di wilayah Kecamatan Boyolali Kota.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengatasi persoalan tersebut, menurut dia, PUDAM Boyolali melakukan droping air bersih ke pelanggan. Dilakukan kepada pelanggan yang distribusinya mengalami gangguan tersebut.
Sedimentasi di dasar Embung Musuk. (Foto: Ragil Ajiyanto/detikcom) |
Dampak musim kemarau ini, lanjut Cahyo, debit sumur dalam yang dimiliki PUDAM juga relatif turun. Tak hanya itu, persediaan air di embung Desa Musuk, Kecamatan Musuk juga semakin menipis.
"Untuk embung posisi tinggal satu bulan dengan produksi kurang lebih 20 liter per detik. Masih bisa melayani (pelanggan) satu bulan ke depan. Kalau dalam 1 bulan mendatang tidak ada hujan, ya mungkin hal yang sama akan dialami pelanggan di Boyolali, terganggu alirannya," imbuh dia.
Air dari Embung Musuk digunakan untuk melayani sekitar 4.000 pelanggan di Kecamatan Musuk dan Kecamatan Boyolali Kota. PUDAM Boyolali juga memiliki sejumlah sumur dalam untuk melayani pelanggan di wilayah Boyolali.
Menurut Cahyo, keberadaan embung Musuk sangat membantu untuk persediaan air baku. Hanya saja, kondisi persediaan air di embung yang mendapat suplai air dari Sungai Kintel itu kini semakin menipis.
Pantau detikcom di embung tersebut, airnya memang tampak tinggal sedikit. Bahkan, di bagian barat sudah terlihat dasarnya dan tanah sedimentasi yang cukup tebal. Air dari sungai Kintel juga masih mengalir ke embung tersebut, meski debitnya berkurang. (mbr/mbr)












































Sedimentasi di dasar Embung Musuk. (Foto: Ragil Ajiyanto/detikcom)