Situasi Saat Ini Dinilai Belum Siap untuk Membuka Tragedi 1965

Situasi Saat Ini Dinilai Belum Siap untuk Membuka Tragedi 1965

Usman Hadi - detikNews
Senin, 25 Sep 2017 15:14 WIB
Ilustrasi (Foto: Zaki Alfarabi)
Jakarta - Pemutaran kembali film 'Pengkhianatan G30S/PKI' dinilai oleh cendekiawan muslim, Komaruddin Hidayat, sebagai hal yang biasa saja karena persektif masing-masing kalangan tergantung pada kepentingannya. Namun dia menilai saat ini belum waktu yang tepat membicarakan kasus kelam 1965.

Menurut Komarudin, rencana pemutaran kembali film besutan sineas kenamaan (alm) Arifin C Noer tersebut tidak luput dari kepentingan. Hal itu sesuai dengan kepentingan dari pihak-pihak yang menggelindingkan rencana tersebut.

"Jadi itu multidimensi. Ketika orang ngomong sesungguhnya kan apa sih maunya, tidak bisa luput dari kepentingan yang membicarakan," kata Komaruddin kepada detikcom usai mengisi kuliah umum Mahasiswa Pascasarjana di UGM, Yogyakarta, Senin (25/9/2017).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Terlepas dari unsur kepentingan tersebut, kata Komaruddin, setiap film termasuk film 'Pengkhianatan G30S/PKI' bisa dikritik oleh siapapun. Film itu pun bisa dimaknai beragam, tergantung sudut pandang orang yang melihat.

"Di lihat dari pandangan militer beda, kalangan sejarawan melihat mungkin beda. Kemudian analisis internasional terkait keterlibatan asing mungkin sekali (berbeda)," ucap mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Menurut Komaruddin, sekarang ini bukan waktu yang tepat untuk mengorek lebih dalam sejarah kelam di tahun 1965. Salah satu alasannya, sistem perpolitikan di Indonesia masih belum mapan, banyak kepentingan apalagi menjelang Pemilu seperti sekarang.

"Mungkin 15 tahun lagi kita lebih obyektif membahas hal itu. Boleh lah melihat Film G30S/PKI, tetapi masih sulit dingin (situasi politik) untuk sekarang ini," pungkasnya. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads