Sengkarut 'Senjata Ilegal', Pengamat: Apa Untungnya Gaduh Begini

Sengkarut 'Senjata Ilegal', Pengamat: Apa Untungnya Gaduh Begini

Usman Hadi - detikNews
Senin, 25 Sep 2017 13:42 WIB
Komarudin Hidayat (Foto: Usman Hadi/detikcom)
Yogyakarta - Cendekiawan Muslim, Komaruddin Hidayat, mengatakan perbedaan pendapat antarlembaga Pemerintah terkait isu penyelundupan 5 ribu senjata adalah bahasa elit. Semestinya para elit segera mengerem polemik, agar tidak membuat bingung rakyat.

"Itu bahasa elit kok, bahasa politik. Tidak menyangkut kepentingan orang banyak. Wacana itu harus kita bedakan, mana wacana yang nadanya elitis, politis, dan mana yang menyangkut orang banyak," kata Komaruddin, saat ditemui detikcom sesuai mengisi kuliah umum Mahasiswa Pascasarjana di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Senin (25/9/2017).

Menyikapi kegaduhan yang terlanjur terjadi di masyarakat, menurut Komaruddin, para elit politik harus mendinginkan suasana. Bukan justru para elit memperuncing keadaan, apalagi isu penyelundupan senjata ini sudah menggelinding dan dikonsumsi publik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Semestinya para elit itu dalam batas tertentu harus ngerem. Jangan sampai kemudian masyarakat dibuat bingung oleh hal yang tidak produktif. Apa sih untungnya gaduh seperti sekarang ini?" papar mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tersebut.

Meski begitu, Komaruddin menerangkan kegaduhan di negara yang menganut sistem demokrasi terbuka seperti Indonesia adalah hal yang wajar. Untuk menyelesaikan kegaduhan ini, menurutnya pemerintah cukup merujuk mekanisme pengadaan senjata sesuai undang-undang.

"Kalau tidak salah Pak Wiranto sudah mengklarifikasi, Kapolri juga sudah. Biarin saja," pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, isu penyelundupan 5.000 senjata pertama kali mencuat saat Panglima TNI, Jenderal (TNI) Gatot Nurmantyo, mengadakan pertemuan internal dan bukan untuk dipublikasikan. Namun isu ini akhirnya menggelinding bebas ke ranah publik.

Menanggapi isu tersebut Menkopolhukam Wiranto menyampaikan, apa yang diutarakan Gatot bermula dari miskomunikasi antarlembaga. Menurutnya, isu tersebut sebenarnya hanya pembelian 500 pucuk senjata buatan Pindad untuk sekolah intelijen BIN.

Kapolri, Jenderal Tito Karnavian, sebelumnya juga mengaku akan membeli 5 ribu unit senjata api jenis pistol bikinan PT Pindad. Pistol itu nantinya untuk kelengkapan polisi lalu lintas (Polantas) dan anggota Sabhara yang kerap menjadi sasaran serangan teroris. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads