Salah seorang sopir, Sutarto (49), kepada detikcom mengatakan mogok kerja itu digelar lantaran target setoran yang dibebankan terlampau tinggi. Kini para sopir diwajibkan membayar setoran sebesar Rp 1.600.000 per hari.
"Sebelumnya kan tidak ditarget karena penumpang sudah diurus agen-agen, penuh gak penuh kita tinggal berangkat aja dengan upah yang sudah ditentukan," tuturnya di garasi kantor pusat PO Sumber Alam di jalan Kutoarjo - Kebumen, Purworejo Jawa Tengah, Selasa (19/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya mending berhenti dulu, kalau harus setor segitu ya tidak mampu, pendapatan saja tidak sampai segitu," imbuhnya.
Sementara itu, puluhan calon penumpang Shuttle yang datang langsung ke agen utama di Kutoarjo itu, terpaksa gigit jari usai mengetahui moda transportasi milik Sumber Alam itu mogok beroperasi.
Desy (20), salah satu calon penumpang asal Kelurahan Kutoarjo, Kecamatan Kutoarjo mengaku kecewa lantaran tidak jadi berpergian. Ia sedianya akan bertolak ke Semarang.
"Tadi saat mau pesen tiket lihat sopir-sopir katanya mogok kerja, ya gak jadi naik shuttle," ucapnya.
"Ya saya tidak tahu ini mas, paling nanti naik bus atau apa, tapi kan ini udah mepet waktunya, kalau bus biasanya lebih lama," tutupnya.
Pihak PO Sumber Alam sendiri melalui Penasehat Hukumnya, Simor, menyatakan akan berembug ulang terkait masalah tersebut. Dalam waktu dekat, pihaknya juga akan komunikasi dengan para sopir.
"Akan kita komunikasikan lagi terkait masalah itu, sementara Pak Yudi selaku pemilik lagi sakit. Sebenarnya kita belum putuskan saklek seperti itu, nanti kita akan atur waktu untuk ngobrol dengan mereka," kata Simor.
Sedangkan jika sistem baru itu masih dijalankan, para sopir masih akan tetap mogok dan tidak mengoperasikan armada shuttle tersebut. (sip/bgs)











































