Keempat warga Purworejo itu adalah Sugeng Riyadi (48), Gatot Purnomo Widodo (51), Dedi Iriyanto (40), dan Subiyanto (39). Mereka mengkreasikan limbah dari toroit, komponen pada lampu jari, dan limbah mesin pada jam dinding menjadi lampu emergency.
"Kami rangkai sedemikian rupa dan dimodifikasi sehingga menjadi lampu emergency pengganti lilin," tutur Sugeng Riyadi kepada detikcom, Sabtu (16/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses pembuatan Si Hegi. (Foto: Rinto Heksantoro/detikcom) |
Lampu sampah itu lalu dinamai Si Hegi, kependekan dari Si Hemat Energi. Lampu itu hanya menggunakan satu baterai kecil berkekuatan 1,5 volt yang biasa digunakan pada jam dinding. Sedangkan lampu yang digunakan juga lampu yang sudah dimodifikasi khusus.
Daya tahan Si Hegi, mampu menyala efektif selama 12 - 24 jam. Batu baterai yang digunakan pun tidak harus baru, karena baterai bekas ternyata masih bisa digunakan untuk menyalakan lampu emergency tersebut.
"Selain tahan lama, lampu ini juga hemat energi, serta banyak lagi keunggulan lain. Lampu emergency ini bisa menjadi pengganti lilin," lanjut Sugeng.
Keempat orang itu telah mulai membuat kreasi Si Hegi sejak setahun lalu. Bahkan kini mereka telah membuka konter sendiri di Jl Kolonel Sugiyono, Purworejo. Mereka membandrol lampu tersebut seharga Rp 35 ribu/buah.
"Kami memberikan garansi selama 3 bulan. Alhamdulillah pemesannya sudah mencapai luar Purworejo seperti Semarang, Malang, Depok, Tolitoli dan Palembang," papar Subiyanto, salah seorang kreator lainnya. (mbr/mbr)












































Proses pembuatan Si Hegi. (Foto: Rinto Heksantoro/detikcom)