Yang Mengambil Kesempatan dari Kekeringan di Wonogiri

Yang Mengambil Kesempatan dari Kekeringan di Wonogiri

Bayu Ardi Isnanto - detikNews
Jumat, 15 Sep 2017 15:40 WIB
Yang Mengambil Kesempatan dari Kekeringan di Wonogiri
Dasar Waduk Gajah Mungkur mengering. (Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom)
Wonogiri - Sejumlah kecamatan di Kabupaten Wonogiri mengalami kekeringan di musim kemarau ini. Namun di beberapa titik, masyarakat justru diuntungkan dengan adanya kekeringan.

Seperti di sisi selatan Waduk Gajah Mungkur, Desa Glesungrejo, Kecamatan Baturetno, Wonogiri. Waduk yang surut dimanfaatkan warga sebagai lahan pertanian.

Sejak air waduk mulai surut, warga sudah siap menanaminya dengan padi ataupun jagung. Lahan itu pun sudah dipetak-petakkan oleh masyarakat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Air surut sudah 1 bulanan yang lalu, Agustus sudah kering. Memang sudah setiap tahun seperti ini, tiap kemarau ditanami padi dan jagung," kata warga Tegalharjo, Kecamatan Eromoko, Tumino, Jumat (15/9/2017).

Yang Mengambil Kesempatan dari Kekeringan di WonogiriLahan pertanian di lahan waduk yang mengering. Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom

Dengan adanya aktivitas tersebut, dasar Waduk Gajah Mungkur yang kering sudah terlihat hijau dalam waktu satu bulanan. Namun di beberapa titik, masih terlihat tanah yang sangat kering hingga tampak merekah.

"Sebenarnya memang sudah kering. Tapi untuk lahan yang ditanami padi, kita buatkan sumur pantek untuk pengairan," kata warga lainnya, Parmin.

Pembuatan sumur, menurutnya menghabiskan biaya lebih dari Rp 2 juta. Itu pun hanya dapat mengairi lahan seluas 1 hektare.

"Biasanya biaya ditanggung beberapa petani. Tapi ada juga yang perorangan. Kalau airnya sudah habis, kita buat sumur di titik lain," ujarnya.

Yang Mengambil Kesempatan dari Kekeringan di WonogiriJalan lama yang muncul jika waduk mengering. (Foto: Bayu Ardi Isnanto/detikcom)

Selain dijadikan lahan pertanian, tanah kering itu dimanfaatkan sebagai jalur alternatif. Jalur itu menghubungkan Kecamatan Eromoko dengan Kecamatan Baturetno.

Di luar musim kemarau, jalur tersebut dihubungkan dengan perahu. Saat kering, jalan tersebut bisa dilalui dengan sepeda motor. Tentu kondisinya tidak mulus, sehingga pengendara harus ekstra hati-hati melewati jalan tersebut.

Warga Glesungrejo, Suroto, mengaku hampir setiap hari melewati jalan tersebut. Menurutnya, waktu tempuh satu jam lewat jalan besar bisa dipangkas menjadi 20 menit.

"Walaupun kondisi jalan jelek, tidak apa-apa. Yang penting lebih cepat sampai," ujar dia. (mbr/mbr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads