"Kami menyimpulkan itu tidak berhubungan dengan vaksin MR. Siswi tersebut menderita kanker darah akut," jelas Ketua Komite Daerah Pengkajian Penanggulangan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, dr Mei Neni Sitaresmi, SpA(k), Ph.D dalam konferensi pers di Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM), Kamis (14/9/2017).
Dia mengatakan kesimpulan tersebut mengacu analisis dan bukti-bukti yang dimiliki petugas. Karena setelah mendapat kabar meninggalnya Nana, pihaknya langsung melakukan klarifikasi. Salah satunya dengan mengumpulkan pihak-pihak yang terlibat menangani Nana, baik saat imunisasi di sekolah maupun saat Nana dirawat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hasilnya Nana dinyatakan menderita kanker darah atau leukemia. Walaupun menderita leukemia akut, Nana sebelum diimunisasi mengaku ke petugas sehat-sehat saja. Oleh sebab itu kemudian petugas melakukan imunisasi MR kepada Nana.
Kepala Dinas Kesehatan DIY, drg Pembayun Setyaningastutie menegaskan, pelaksanaan imunisasi MR di wilayah DIY sudah sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ditentukan pemerintah. Termasuk pelaksanaan imunisasi MR di sekolah tempat Nana belajar.
"SOP (imunisasi MR) sudah dilakukan, sudah dilaksanakan," tegasnya.
Sementara dokter yang menangani Nana saat dirawat di RS Bethesda, dr Sri Mulatsih menerangkan, kondisi Nana sesampainya di RS Bethesda hemoglobin dan trombositnya sangat rendah. Dengan kondisi seperti itu Nana bisa disimpulkan mengalami kanker darah akut.
"Kami juga sudah menjelaskan kepada orangtuanya, bahwa siswi tersebut meninggal karena kanker darah atau leukemia. Mereka juga sudah bisa menerima, karena yang kami sampaikan berdasarkan bukti-bukti medis yang ada," pungkasnya.
(bgs/bgs)