"Saya kira ini adalah persoalan misinterpretasi yang kemudian berkembang turun temurun. Sementara tidak ada orang yang berani mengikis keyakinan itu," kata Soeprapto ke detikcom, Senin (11/9/2017).
Pulung gantung adalah bola api berpijar merah dan berekor. Bila pulung tersebut jatuh dari langit, diyakini tidak jauh dari lokasi jatuhnya pulung akan ada warga yang gantung diri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain pulung gantung, kata Soeprapto sebagian warga juga salah memaknai fenomena alam. Fenomena alam seperti angin besar dan kicauan burung, diyakini warga adalah pertanda akan ada orang yang mau bunuh diri.
"Sebetulnya (tanda-tanda alam) itu hanya kebetulan saja, jadi orang hanya menggatuk-gatukkan (mencocok-cocokkan). Padahal angin besar sering terjadi, dan karena dulu banyak hutan burung-burung ya sering berbunyi, bersaut-sautan," paparnya.
Sementara pada waktu bersamaan ada orang yang sedang stres berat, sedang menghadapi persoalan-persoalan sosial. Ketika mendengar suara angin kencang dan kicauan burung, psikologis orang tersebut menurun karena terpengaruh mitos yang terlanjur mengakar ini.
"Sehingga orang tersebut kemudian terpacu untuk kehilangan daya berpikir rasionalnya. Padahal sebetulnya tidak ada hal-hal magis sebagai tanda (seruan) untuk melakukan bunuh diri," pungkasnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini