"Karena yang kaya, sehat dan berpendidikan tinggi juga (melakukan) bunuh diri," kata Plt Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Gunungkidul, Mukotib kepada detikcom, Senin (11/9/2017).
Menurutnya faktor utama tingginya kasus bunuh diri di Gunungkidul, yakni karena minimnya pemahaman terhadap nilai-nilai agama. Sehingga, Mukotib menilai orang yang tidak memiliki keyakinan kuat, saat menghadapi masalah lebih memilih mengakhiri hidupnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk mengatasi persoalan tersebut, lanjutnya, pemahaman terhadap nilai-nilai agama di tengah-tengah masyarakat harus ditingkatkan. Dengan langkah itu, dia yakin fenomena bunuh diri di Gunungkidul bisa ditekan.
"Saya kira agama Kristen, Hindu, dan agama lainnya sepakat hidup manusia itu adalah anugerah yang harus kita jaga bersama-sama. Mungkin KTP-nya Islam, Kristen. Itu kan KTP, tapi dia belum memahami betul nilai-nilai dalam agama," ucapnya.
Oleh karenanya kini Kemenag Gunungkidul sedang giat menggerakkan para penyuluh. Mereka ditugaskan untuk mengisi berbagai kegiatan di majelis taklim, maupun kelompok kajian keagamaan lainnya di masyarakat.
"Seluruh penyuluh (Kemenag) yang ada masyarakat, terutama yang ada di desa-desa dan kecamatan kami gerakkan. Tujuannya untuk membentangi (warga agar tidak) bunuh diri," ungkapnya.
Setidaknya penyuluh Kemenag Gunungkidul di tingkat desa kurang lebih berjumlah 144 orang. Selain itu juga ada PNS di lingkungan Kemenag sebanyak 30 orang, mereka ditugaskan untuk memonitor dan memberikan pemahaman keagamaan ke warga. (sip/bgs)