Kepala Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (BPTBA) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Hardi Julendra mengatakan BTBA LIPI sejak awal tahun 2017 mengembangkan teknologi pengemasan makanan tradisional. Teknologi ini dimanfaatkan terutama untuk usaha kecil menengah (UKM).
"Dengan teknologi ini makan tradisional menjadi awet tanpa bahan pengawet hingga 1 tahun lebih, tidak merubah cita rasa dan mudah dibawa kemana-mana," kata Hardi Julendra pada acara Bulan Teknologi di Taman Pintar Yogyakarta, Jumat (8/9/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan teknologi pengemasan ini jangkauan pemasaran produk UKM makanan tradisonal akan lebih luas dan bisa diekspor. LIPI mendorong agar makanan tradisional bisa dikemas sehingga mampu bersaing di tingkat internasional. Daya saing untuk makanan tradisional cukup tinggi. LIPI memfokuskan pengemasan ini untuk makanan tradisional.
![]() |
"Proses pengalengan tidak mahal. Yang mahal sertifikasi yang memang sangat ketat prosesnya, higienitasnya dan proses memasaknya," katanya.
Menurutnya LIPI melayani pemesanan minimal 1.000 kaleng. Teknologi ini dapat diakses masyarakat terutama UKM yang bisa datang atau berkonsultasi ke Balai Penelitian Teknologi Bahan Alam (BTBA) LIPI di Gading, Playen, Gunungkidul, DIY.
Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI, Laksana Tri Handoko mengatakan pihaknya akan menggandeng Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) untuk mendorong pelaku UKM yang bergerak dibidang kuliner tradisional dalam memanfaatkan teknologi pengemasan makanan tradisional. Teknologi pengemasan makanan tardisonal yang dikembangkan LIPI di Gunungkidul ini merupakan salah satu contoh sukses. Pendampingan dan pembinaan terhadap UKM akan terus dilakukan.
"Bagaimana mengubah proses produksi, sehingga tidak jamuran. Secara prinsip alat seperti itu yang terus kami tingkatkan," kata Laksana Tri Handoko di Taman Pintar.
(bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini