Hal itu diungkapkan Sekda Provinsi Jawa Tengah, Sri Puryono, usai rapat koordinasi kepolsian, TNI, dan tokoh lintas agama di kantor Gubernur Jawa Tengah. Hadir dalam rapat Kapolda Jateng Irjen Pol Condro Kirono, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Tatang Sulaiman, Ketua MUI Jateng KH Ahmad Darodji, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jateng Mudjahirin Tohir.
Sri Puryono menjelaskan kegiatan 'simpatik elegan' yang dimaksud yaitu kegiatan keagamaan di masjid yaitu berupa doa bersama, salat gaib, dan pengumpulan bantuan yang dikirim untuk Rohingya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Aksi yang rencananya di gelar di Borobudur itu juga sudah disepakati pindah ke Masjid An Nur, Mungkid, Magelang. Sri menegaskan tidak boleh ada orasi.
"Untuk rencana unjuk rasa di Borobudur, itu dari hasil rapat Senin kemarin, para pengurus yang akan unjuk rasa sepakat tidak dilakukan di Candi Borobudur," terang Sri.
"Tidak ada (orasi), hanya khotbah," lanjutnya menegaskan.
Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Condro Kirono menambahkan, sekitar 2.500 personel Polri dan TNI bersiaga untuk mengamankan kawasan Borobudur hingga perbatasan. Pihaknya tidak ingin kecolongan dan terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Tetap siaga 1 mulai Kamis, Jumat, Sabtu. Kekuatan tetap siagakan untuk antispasi hal-hal, perubahan-perubahan situasi di lapangan. Kita tidak boleh kecolongan," tegas Condro.
Kegiatan di Masjid pun sebisa mungkin berakhir setelah Salat Jumat berjamaah. Condro menegaskan tidak boleh ada pemusatan massa setelah itu di tempat ibadah baik di masjid maupun Candi Borobudur untuk aksi bela Rohingya.
"Selesai Salat Jumat bubar. Di masjid juga tidak boleh (kumpul untuk aksi)," tegasnya. (alg/mbr)











































