Permainan ini disebut-sebut terpanjang kedua di Asia Tenggara berada di kawasan Green Village, Gedangsari. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X rencanannya akan meresmikan flying fox tersebut pada hari, Rabu(30/8/2017).
Sri Sultan HB X berharap keberadaan wisata flying fox berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Gedangsari yang selama ini desa yang miskin. Adanya wisata yang menantang adrenalin ini diharapkan akan ada peredaran uang di desa tersebut.
Menurut Sultan, di Gedangsari juga terdapat industri batik sehingga dengan adanya wisata ini diharapkan ekonomi di wilayah itu semakin tumbuh. Tiket untuk bermain flying fox sebesar Rp 100.000 diharapkan mampu memunculkan aktivitas-aktivitas ekonomi seperti munculnya warung makan, industri suvernir, parkir kendaraan, sehingga terjadi perputaran uang.
"Otomatis itu semua duit jatuh di desa itu. Berarti ada perputaran uang. Otomatis akan tumbuh warung-warung baru," kata Sultan.
Sementara itu Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata DIY, Aria Nugrahadi mengatakan wahana wisata flying fox ini dikelola oleh masyarakat desa dan mendapatkan bantuan dana dari Gubernur DIY. Meski cukup panjang, tetapi flying fox cukup aman karena sudah ada tim khusus untuk menangani keamanan dan kenyamananya.
"Flying fox ini menghubungkan antar bukit, memacu adrenalin dan bisa melihat pemandangan yang bagus," kata Aria. (bgs/bgs)