Sebagian besar anak muda di Jepara lebih memilih bekerja di luar daerah dan menjadi buruh pabrik. Hal ini kemudian mengakibatkan menurunnya tenaga tukang kayu.
Seorang pengusaha mebel di Kecamatan Tahunan, Bambang menuturkan pekerja tukang kayu di industri mebel mulai berkurang cukup signifikan. Kondisi tersebut sangat mempengaruhi kuantitas produksi mebel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu punya 40 tukang kayu, sekarang tinggal 20 orang. Yang keluar biasanya lebih memilih bekerja di pabrik," katanya, Selasa (29/8/2017).
Munculnya pabrik-pabrik di sekitar Jepara menurutnya semakin menggerus industri mebel rumahan. Bukan hanya tukang kayu, untuk mencari tenaga amplas yang didominasi kaum perempuan pun sulit.
"Generasi muda hampir semuanya ke pabrik, tidaj mau lagi kerja di mebel," paparnya.
Ia menepis jika kerja di mebel berpendapatan kecil. Bambang menyebut upah seorang tukang kayu akan lebih tinggi dari karyawan pabrik saat mendapat orderan banyak.
"Kalau pas orderan banyak, penghasilannya banyak. Tapi kalau pas sepi hasilnya sedikit. Orang-orang memilih bekerja di pabrik karena upahnya rutin tiap bulan," kata dia.
Pengusaha mebel lainnya Ahmad Fauzi mengatakan lebih dari 30 persen tenaga kerja industri mebel terserap ke sektor lain.
"Diakui atau tidak, kenyataannya pabrik modern berdampak pada industri mebel rumahan," tandas dia. (bgs/bgs)