"Masa usia tanam sudah tiga bulan. Mestinya sekarang wortelnya sudah dipanen," ujar salah seorang petani di Desa Batur Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara, Fanani, Sabtu (26/8/2017).
Saat ini tim dari Kementerian Pertanian dan Bareskrim Polri telah melakukan uji lab pada wortel-wortel siap panen tersebut. Pemeriksaan uji lab ini untuk mengetahui keamanan kandungan wortel.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dikatakannya, bibit wortel asal China tersebut ditanam di 8 lokasi milik beberapa petani. Sebagian berada di Kecamatan Batur, sebagian lagi di Kecamatan Pejawaran. Sedangkan luas keseluruhan, Fanani menyebutkan sekitar 4 hektar.
Fanani bercerita para petani tergiur dengan iming-iming investor dari Surabaya yang pembawa bibit dan siap membeli wortel tersebut dengan harga tinggi.
"Orang itu juga menjanjikan akan memberi pupuk untuk para petani," lanjutnya.
Selain itu, orang yang membawa bibit tersebut juga menjanjikan jika wortel bisa tumbuh lebih besar dan banyak. Dengan bibit asal China itu, bisa mencapai 50 ton per hektar. Padahal, jika menanam wortel dengan bibit biasa hanya 20 -30 ton perhektar.
"Itupun sudah dengan perawatan maksimal. Makanya banyak petani yang tergiur," kata dia.
Fanani menjelaskan petani tidak membeli bibit tersebut. Petani hanya menyediakan lahan dan tenaga. Nantinya, jika wortel tersebut sudah dipanen akan dibeli dengan harga Rp 5 ribu per kilogram.
"Jadi orang itu menawarkan kerjasama dengan petani. Sayangnya, sekarang investor itu sekarang tidal bisa dihubungi," ungkapnya.
Ia dan petani lainnya mengaku hanya bisa pasrah. Meski ia sudah rugi waktu dan tenaga untuk merawat wortel tersebut.
"Saat ini, wortel yang kami tanam tengah diteliti di laboratorium. Beberapa waktu lalu Bareskrim Polri sudah kesini mengambil contohnya," imbuhnya. (sip/sip)











































