Menghadirkan Kembali Memori Serangan Umum 4 Hari di Solo

Menghadirkan Kembali Memori Serangan Umum 4 Hari di Solo

Bayu Ardi Isnanto - detikNews
Kamis, 17 Agu 2017 17:25 WIB
Drama kolosal Serangan Umum 4 hari di Solo. Foto: Bayu Ardi Isnanto
Solo - Pasukan Belanda terus menggempur kekuatan TNI. Beberapa dari mereka mengendarai mobil jip dengan bendera Belanda. Pasukan lainnya membawa senapan laras panjang terus menembaki tentara maupun rakyat jelata.

Isak tangis seorang anak terdengar ketika melihat ayahnya gugur di medan laga. Sang istri pun tak kuasa menahan air mata kehilangan orang yang ia cintai.
Drama yang menceritakan Serangan Umum 4 Hari di Solo. Drama yang menceritakan Serangan Umum 4 Hari di Solo. Foto: Bayu Ardi Isnanto
Peristiwa tersebut merupakan gambaran Agresi Militer Belanda II yang dipentaskan dalam drama kolosal di Stadion Sriwedari, Kamis (17/8/2017) siang. Pertunjukan dibawakan sebagai rangkaian upacara hari ke-72 Kemerdekaan Republik Indonesia.

Pasukan Indonesia tak mau kalah. Sebelum gencatan senjata terjadi, pasukan yang terdiri dari tentara dan warga sipil, termasuk santri melakukan serangan perpisahan untuk merebut Kota Solo dari Belanda.
Drama Serangan Umum 4 Hari di Solo. Drama Serangan Umum 4 Hari di Solo. Foto: Bayu Ardi Isnanto
Serangan habis-habisan ditunjukkan oleh pasukan Indonesia. Pekikan merdeka pun membahana atas kekalahan Belanda. Tangis bahagia dan tawa rakyat Indonesia menjadi akhir dari peperangan. Peristiwa pada 7-10 Agustus 1949 itu kini dikenal dengan nama Serangan Umum 4 Hari di Solo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Serangan Umum 4 Hari di Solo merupakan pertempuran pascakemerdekaan terakhir yang ada di Indonesia. Setelah itu diadakan Konferensi Meja Bundar di Den Haag," kata Kepala Staf Kodim 0735/Surakarta, Mayor Inf Didin Nasrudin.

Akhirnya kedaulatan Republik Indonesia resmi diserahkan oleh Belanda melalui Kolonel Van Ohl kepada Letkol Slamet Riyadi. Penyerahan dilakukan pada 12 November 1949 di Sriwedari.
Drama kolosal ini melibatkan ratusan orang. Drama kolosal ini melibatkan ratusan orang. Foto: Bayu Ardi Isnanto

"Jadi ini (Sriwedari) tempat yang sakral. Monumennya ada di Baron situ," ujar Didin yang juga menjadi koordinator drama kolosal.

Adapun pentas kolosal melibatkan sekitar 500 orang, 30 persen di antaranya adalah anggota TNI. Sedangkan lainnya merupakan masyarakat dari berbagai elemen, seperti Forum Komunikasi Umat Beragama, Setia Hati Terate dan Satuan Perlindungan Masyarakat.

Sementara, Wali Kota Surakarta, FX Hadi Rudyatmo, berharap Serangan Umum 4 Hari di Solo dapat dikenal dalam sejarah nasional. Dia menganggap informasi tentang peristiwa tersebut minim ditemukan dalam buku sejarah.

"Harapannya tidak hanya diperingati di Solo. Namun juga diperingati seperti di Jogja. Sebetulnya kan hak untuk memperingatinya sama," ujarnya. (sip/sip)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads