Anjing Hutan atau Macan yang Makan Kambing di Gunungkidul

Anjing Hutan atau Macan yang Makan Kambing di Gunungkidul

Bagus Kurniawan - detikNews
Kamis, 10 Agu 2017 10:09 WIB
Foto: Bagus Kurniawan/detikcom
Yogyakarta - Sekitar 5 ekor kambing di makan hewan buas di Gunungkidul. Warga meyakini kawanan hewan buas yang memakan kambing itu adalah jenis anjing liar atau anjing hutan. Warga biasa menyebutnya Asu Ajak.

Namun ada pula warga yang tinggal di wilayah selatan atau di pegunungan kapur wilayah Gunung Sewu, binatang buas yang memakan kambing adalah macan tutul. warga menyebutnya macan gumuk karena tinggal di gumuk di perbukitan yang ada gua-gua.

Serangan hewan buas yang tidak pernah diketahui dan dilihat warga secara langsung. Serangan paling sering terjadi musim kemarau hingga akhir bulan November.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berdasarkan catatan detikcom pada tahun lalu serangan hewan liar yang diduga kawanan anjing liar itu terjadi di wilayah Girisubo, Tepus, Rongkop, Tanjungsari, Saptosari dan Purwosari. Pada tahun lalu total ada 45 ekor kambing yang mati dimakan binatang buas.

"Kebanyakan darahnya dihisap. Luka gigitan dibagian tengkuk," ungkap Supar warga Sidoharjo, Kecamatan Tepus, Gunungkidul kepada detikcom, Kamis (10/8/2017).

Menurutnya satu ekor kambing milik tetangganya ditemukan mati di kandang dengan luka gigitan di leher. Saat kejadian sekitar tiga hari lalu pukul 02.00 dinihari.

"Saat didatangi hewan buas, kambing-kambing milik tetangganya mengembik keras. Saat didtengok di kandang, sudah ada satu ekor yang mati," katanya.

Dia mengatakan jarak antara rumah pemilik dengan kandang ternak agak berjauhan sekitar 30 meter. Saat didatangi sudah tidak ada jejak hewan yang memakannya.

"Kalau warga sini, itu anjing liar atau anjing hutan, biasanya 3-5 ekor kalau cari makan," katanya.

Hal senada juga dikatakan Kepala Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus. Munculkan anjing liar tersebut, membuat warga Desa Purwodadi resah. meski sudah melakukan ronda, belum ada satupun warga yang berhasil menangkapnya.

Dia menduga anjing liar yang memakan ternak itu berasal dari gua-gua yang ada di sekitar perbukitan Pantai Siung dan Pantai Ngondo. Di sekitar itu masih banyak kawanan anjing liar dan monyet yang juga sering menyerang ladang jagung dan ketela.

Menurutnya salah satu penyebabnya karena sumber makanan mereka mulai menipis saat memasuki musim kemarau. Selain makanan, air di dalam gua-gua di perbukitan kapur juga menyusut.

"Kebanyakan kandang ternak warga, tempatnya juga agak berjauhan dari rumah atau dusun," katanya.

Pendapat berbeda diungkapkan oleh Sumaryadi warga Girisubo, dia meyakini hewan ternak tersebut tidak dimakan kawanan anjing liar namun harimau jenis tutul. Di sekitar perbukitan di Girisubo yang berdekatan dengan gua-gua yang masih banyak ditinggali oleh kawanan harimau tutul. Beberapa warga yang pernah melihat, harimau tersebut yang tidak besar ukurannya disebut macan gumuk.

"Bukan asu ajak (anjing liar) tapi macan gumuk. Di sini masih ada dan muncul berkeliaran di malam hari," katanya.

Menurutnya macan gumuk tersebut banyak keluar dari gua karena musim kemarau. Air dan makanan di sekitar gua sudah berkurang.

"Kalau jejaknya bisa dilihat dari kotoran yang berwrna hitam agak mrungkel (bulat kecil bertumpuk) atau bekas cakaran di pohon-pohon besar seperti di pohon serut, pohon jati di sekitar hutan yang ada di bukit-bukit dekat pantai," katanya.

Sampai saat ini baru tercatat 5 ekor kambing yang mati akibat diserang hewan buas. Belum diketahui pasti apakah itu anjing liar atau malah harimau jenis tutul atau kumbang yang dipercaya masih ada di kawasan Gunungkidul. Masyarakat menyebutnya 'simbah' bila menjumpai kawanan harimau atau macan gumuk berkeliaran. (bgs/mbr)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads