"Paling tidak saya sebagai salah satu dewan pengasuh, insya Allah pengasuh lain juga sama pendapatnya. (Kebijakan lima hari sekolah) bisa ikut menjadikan sepi madrasah," ujar Gus Hafidh saat dihubungi detik.com, Selasa (8/8/2017).
Menurutnya kebijakan lima hari sekolah bisa mematikan madrasah-madrasah sore. Saat ini tanpa diberlakukan kebijakan lima hari sekolah kondisi beberapa madrasah sudah sepi. Dia memprediksi, bila kebijakan tersebut secara menyeluruh diterapkan, maka bisa mengancam eksistensi madrasah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gus Hafidh khawatir terhadap kondisi masyarakat bila kebijakan tersebut diterapkan menyeluruh. Sebab anak-anak nantinya yang dikorbankan, karena waktu jam belajar agama di madrasah-madrasah sore dan pondok pesantren berkurang.
"Imbasnya ini ke masyarakat dan ke anak didik. Tapi kalau (siswa) sekolah sampai sore, nanti kan mereka tidak masuk madrasah (sore). Selama ini biasanya siswa sekolah umum kalau sore belajar di madrasah, nanti dikhawatirkan madrasah (sore) tambah sepi," ungkapnya.
Oleh sebab itu, Gus Hafidh mendukung langkah PWNU Jawa Tengah yang menolak kebijakan tersebut. Pihaknya mengaku juga sudah berkomunikasi dengan Dewan Syuro PKB DIY, yang intinya berharap aspirasi mengenai kebijakan tersebut ditinjau ulang dan diteruskan ke pusat.
"Saya kebetulan dulu menghubungi Ketua Dewan Syuro PKB DIY. Saya minta kebijakan itu harus ditinjau kembali. Karena bisa mematikan madrasah, paling tidak madrasah diniyah jadi sepi. Saya mendukung sepenuhnya langkah PWNU (Jawa Tengah) dan Cak Imin," tutupnya. (bgs/bgs)











































