Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan, Makamhaji, Kartasura, Sukoharjo, KH Dian Nafi, mengatakan madrasah diniyah sudah puluhan tahun berjalan dan telah melembaga di berbagai daerah. Pendidikan karakter yang digadang-gadang dapat terwujud melalui sekolah lima hari, selama ini diklaim telah terpenuhi melalui madrasah diniyah.
"Sejak awal abad ke-20 madrasah diniyah ini eksis sekali. Itu sudah banyak membentuk kepribadian banyak murid di seluruh Indonesia dari madrasah ini," kata Gus Dian, sapaan akrabnya, saat ditemui di Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan, Selasa (8/8/2017).
Dia menekankan, madrasah diniyah bukanlah sekadar kursus. Madrasah tersebut mengajarkan tafsir Alquran, fikih, hadis, bahasa Arab, baik gramatika maupun sastra, sampai pada pelajaran tentang akhlak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah era modernisasi, lanjutnya, madrasah diniyah merupakan lembaga pendidikan yang mampu mempertahankan karakter bangsa.
"Modernisasi memberi dampak pelapukan desa. Desa kekurangan tenaga muda yang produktif. Madrasah diniyah menjadi penopang agar di desa tetap tersedia simbol yang mengokohkan kebanggaan pemuda untuk mengembangkan desa. Dusun yang ada madrasahnya, biasanya lebih tertib. Anak mudanya cenderung jauh dari penyakit masyarakat," ungkap dia.
Pemerintah pun diminta meninjau kembali aturan yang dibuat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy. Pemerintah harus melakukan tiga hal.
"Pertama, menghormati keberadaan madrasah diniyah. Kedua, memenuhi hak rakyat mendapat manfaat pendidikan madrasah diniyah. Ketiga, memajukan madrasah sesuai dengan karakternya, untuk kemajuan agama," pungkasnya. (sip/sip)