Pabrik yang satu kawasan dengan museum jamu itu kini sepi. Gerbang utama tertutup rapat dengan rantai dan gembok. Pos keamanan di sisi kiri gerbang pun sepi, tidak ada satu orang pun keluar ketika disapa.
Seolah tidak terurus, halaman kawasan pabrik dan museum sebagian digenangi air hujan atau rob. Sama sekali tidak terlihat ada kegiatan di sana. Suara-suara mesin atau orang sama sekali tidak terdengar, hanya aroma samar rempah dan papan nama saja yang menandakan kalau bangunan itu pabrik jamu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Nyonya Meneer dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Semarang pada Kamis (3/8) pekan lalu setelah digugat kreditur asal Sukoharjo, Hendrianto Bambang Santoso.
Menurut salah satu mantan karyawan yang bekerja di bagian produksi, Warsini, dirinya sudah sekitar setahun tidak bekerja lagi. Namun menurut mantan karyawan di bagian ekspor impor, bulan Januari 2017 lalu masih ada kegiatan di bagiannya meski mulai goyah dan akhirnya ia tidak bekerja pada bulan Februari.
"Pas goyah itu sempat 3 bulan kerja 3 bulan enggak. Tapi tahun lalu THR sempat dapat sekitar Rp 1.700.000, terus saya dikabarin suruh ambil lagi Rp 2.100.000. Kita ini baru berangkat kalau ada kabar dari ketua kelompok. Sudah setahun saya nganggur," kata Warsini, Senin (7/8/2017).
![]() |
Di kawasan pabrik juga ada Museum Jamu Njonja Meneer. Menurut Warsini, museum tersebut dulu selalu ramai dengan wisatawan. Setiap hari selalu ada karya wisata dari sekolahan-sekolahan menggunakan bus.
"Dulu setiap hari bus-bus yang datang ke museum. Anak-anak sekolah juga dapat bingkisan," pungkas Warsini.
Ketika masih ada aktifitas, museum jamu yang sudah ada sejak 1984 itu buka hari Senin - Jumat pukul 10.00 - 15.30 WIB. Tiket masuknya gratis, kecuali jika ingin jalan-jalan di taman jamu akan dikenai biaya Rp 7.500. Wisatawan juga akan diberikan pengenalan sejarah berdirinya Nyonya Meneer sejak tahun 1919. (alg/mbr)