Monyet ekor panjang yang diperkirakan hanya satu hingga dua ekor itu belum tertangkap. Areal pencarian dilakukan di enam desa di dua kecamatan. Lima desa di kecamatan Karanggede dan satu desa di kecamatan Kemusu.
Kepala Seksi Konservasi Wilayah 1 Surakarta, BKSDA Jateng, Titi Sudaryanti, mengungkapkan beberapa upaya yang dilakukan BKSDA untuk menangkap monyet tersebut. Antara lain dengan memancingnya menggunakan monyet lain, baik monyet betina maupun jantan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tetapi sampai sekarang belum berhasil," kata Titi kepada detikcom, Senin (7/8/2017).
Termasuk kombinasi dengan berbagai upaya itu dilakukan secara bersamaan saat ini. Upaya menangkap monyet itu dilakukan berbagai pihak.
"Pernah dilakukan gropyokan dengan melibatkan masyarakat banyak, monyet sempat lari ke wilayah Kecamatan Kemusu, terus monyet itu kembali lagi ke wilayah Karanggede," katanya.
Kini, petugas BKSDA dibantu sejumlah pihak terkait dan komunitas pemburu masih menyanggong di pinggiran hutan rakyat wilayah Kecamatan Karanggede tersebut.
"Karena anggota terbatas, setiap hari dua orang dari BKSDA kami siagakan di Karanggede. Kami dibantu dari Polsek dan Koramil, masyarakat setempat serta dari komunitas," jelasnya.
Menurut Titi, ada sejumlah kendala yang dihadapi sehingga monyet yang menyerang dan telah melukai belasan warga Karanggede itu, hingga kini belum tertangkap. Antara lain, posisi monyet yang selalu berpindah-pindah lokasi, areal jelajah monyet yang luas dan topografi wilayah.
"Pencarian dilakukan di enam desa. Satu desa di Kecamatan Kemusu dan lima desa di Kecamatan Karanggede. Desa-desa itu yang diketahui monyet tersebut sering muncul. Tetapi lebih seringnya di wilayah Kecamatan Karanggede," tandasnya. (mbr/mbr)











































