Tolong, Bocah di Banjarnegara Ini Terkulai Lemah karena Tumor Otak

Tolong, Bocah di Banjarnegara Ini Terkulai Lemah karena Tumor Otak

Uje Hartono - detikNews
Kamis, 03 Agu 2017 13:24 WIB
Hermawan Rama Ardiansyah (8) hanya bisa terbaring lemas di tempat tidur. Foto: Uje Hartono
Banjarnegara - Hermawan Rama Ardiansyah (8) hanya bisa terbaring lemas di tempat tidur. Dari kepala bagian belakang, terlihat selang berukuran kecil yang menghubungkan ke lambungnya.

Sejak dua bulan lalu, anak pasangan Pendi dan Sukowati ini sudah tidak bisa menggerakkan kaki dan kepalanya. Bahkan, untuk bicara pun sudah tidak bisa. Menurut Pendi (40), ayah Rama, anak keduanya ini mengidap tumor otak sejak 4 bulan lalu.

Pendi, warga Kelurahan Argasoka Kecematan Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara ini menceritakan, awalnya Rama panas tinggi disertai kejang-kejang sekitar empat bulan lalu. Padahal, sebelumnya tidak ada tanda-tanda khusus yang ditunjukkan rama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat badannya mulai panas, saya bawa ke Puskesmas, kemudian dirujuk ke RSUD Banjarnegara. Tetapi, karena di RSUD Banjarnegara tidak mampu kemudian dibawa ke RS Margono di Purwokerto," tutur Pendi di kediamannya, Kamis (3/8/2017).

Kondisi Rama semakin parah sejak dua bulan terakhir. Berdasarkan dokter yang merawat Rama selama menjalani perawatan di RS Margono kepada kedua orangtuanya, operasi pengangkatan sulit dilakukan. Sehingga saat ini, keluarga hanya bisa pasrah.

"Untuk keberhasilan operasi menurut keterangan dokter 50:50. Makanya kami keluarga khawatir jika harus operasi," kata dia.

Sebelumnya, Rama sempat menjalani perawatan selama 13 hari di RS Margono. Namun, saat ini untuk pengobatan, keluarga beralih menggunakan pengobatan herbal.

"Kalau kemarin saat perwatan di RS Margono memang tidak keluar biaya sedikit pun, karena Rama mempunyai kartu indonesia sehat (KIS). Hanya untuk operasional dan trasnportasi," ujar Pendi yang setiap hari bekerja sebagai buruh serabutan tersebut.

Saat ini, keluarga mencoba beralih ke pengobatan herbal. Menurutnya, ada sedikit perbedaan setelah rutin melakukan pengobatan. Hanya, untuk diteruskan Pendi mengaku sulit karena keterbatasan biaya. Mengingat pengobatan alternatif tidak bisa dikafer KIS.

"Untuk biaya rumah sakit memang sudah ditanggung. Hanya untuk operasional selama perawatan di RS dan pengobatan secara herbal ini yang sulit karena keterbatasan biaya," tambahnya.

Sementara itu, ibunda Rama Sukowati (40) mengatakan, hingga usia 7 tahun Rama tidak menunjukan hal-hal aneh. Bahkan, ia mengaku selalu rutin mengikuti imunisasi yang dicanangkan pemerintah.

"Tidak tahu kenapa sekitar empat bulan lalu mulai panas, kejang-kenag dan pandangan mulai kabur," terangnya.

Saat merasa lapar atau buang air, Rama hanya bisa mengedipkan mata kepada ibundanya yang mendampingi setiap hari. Perempuan yang berekrja sebagai buruh serabutan ini sementara tidak lagi bekerja karena harus mendampingi Rama.

"Sekarang sudah tidak bisa jalan atau berbicara. Tetapi kalau melihat masih bisa meski sudah tidak jelas," tuturnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads