Tugu Yogyakarta disebut Tugu Pal Putih atau dalam Bahasa Belanda disebut De Witte Paal. Dulu pada zaman Belanda juga disebut Tugu Golong-Gilig. Disebut tugu golong-gilig karena dibagian atas ada seperti bulatan bola. Sedangkan di bagian bawah atau penyangga berbentuk bulat panjang atau dalam Bahasa Jawa disebut gilig.
Golong-Gilig mengandung arti menyatukan hubungan antara raja/kasultanan Yogyakarta dengan rakyatnya. Namun setelah terjadi gempa bumi pada tangga 10 Juni 1867, tugu golong-gilig runtuh kemudian dibangun kembali bentuknya seperti sekarang ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam buku "Kota Jogjakarta 200 Tahun, 7 Oktober 1756 - 7 Oktober 1956" dari Panitiya Peringatan Kota Yogyakarta Ke 200 tahun. terdapat foto Tugu Yogyakarta zaman dulu. Sedangkan buku lain adalah berjudul Djokja en Solo. Beeld van de Vorstensteden dengan editor Bruggen, M.P. VAN, R.S. Wassing.
Beberapa foto lama adalah karya Kasiyan Chepas seorang fotografer Indonesia yang juga fotografer Keraton Yogyakarta (1845-1912). Beberapa karya foto Chepas tersimpan di kantor Arsip DIY.
Foto Tugu Yogyakarta sebelum tahun 1956 atau sebelum buku tersebut diterbitkan. Meski bentuk tugu tetap sama yang berbeda dengan sekarang adalah bangunan di sekitar.
Dulu jalan-jalan menuju Tugu bukan diberinama dengan nama jalan seorang pahlawan. Namun menunjuk sebuah tempat. Jalan dari arah Tugu ke barat yang sekarang bernama Jalan Diponegoro bernama Jalan Tugu Kulon. Salah satu penanda yang masih menggunakan nama itu adalah kantor Pegadaian Tugu Kulon yang terletak di Kampung Bumijo.
Di sekitar Tugu tidak banyak bangunan berdiri serta masih rindang dengan beberapa pohon besar. Situasi rumah atau gedung juga berubah baik di pojok barat daya, barat laut dan timur laut. Sedangkan bangunan di sisi tenggara yakni bangunan rumah Modiste Pini masih seperti dulu.
Di pojok barat laut sejak tahun 1960-an hingga 1990-an dulu ada toko Buku Gunung Agung. Saat tempat itu sudah kosong atau tidak ada yang menggunakan.
Selanjutnya di sisi barat daya, dulu ada juga toko peralatan olahraga, Rajawali. Sedangkan di dekat Modeste Pini dipojokan dulu terdapat beberapa kios. Salah satunya adalah kios bensin. Di pojok tersebut sekarang menjadi ruang publik untuk nongkrong anak muda tiap malam. (bgs/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini