Meski tidak bisa mendengar musik gamelan yang mengiringi tarian tersebut, namun 20 penari terlihat gemulai dan kompak hingga tarian yang berdurasi 10 menit ini selesai.
Penata Tari Tunggal Laras, Mulyani mengatakan agar 20 penari difabel kompak, dirinya memberikan kode selama tarian berlangsung. Menurutnya para penari difabel tersebut justru memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dijelaskan Mulyani, tarian kreasinya yang baru ditampilkan untuk pertama kalinya ini menceritakan pentingnya keseimbangan antara hati dan pikiran. Menurutnya, hal tersebut perlu dimiliki oleh setiap manusia.
Para penari tuna rungu saat beraksi di Wonosobo. Foto: Uje Hartono |
Ketua Yayasan Sekolah Dena Upakara Suster Yuliana mengatakan, pementasan tersebut merupakan rangkaian dari gelaran Asian Youth Day. Hanya perwakilan yang datang ke sekolahnya adalah umat katolik dari Jepang dan Thailand.
"Mereka juga melihat proses pembelajaram di sekolah kami," tuturnya. (sip/sip)












































Para penari tuna rungu saat beraksi di Wonosobo. Foto: Uje Hartono